Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendali Perjalanan Bus Transjakarta Bertumpu di Ruang Kontrol

Kompas.com - 19/07/2016, 15:44 WIB

"Pak sopir, Anda melaju terlalu kencang. Anda ada di jalur bus transjakarta. Anda mau ke mana? Ini tanda kendaraan Anda merah di layar. Kurangi kecepatan Anda sekarang!"

Teguran keras itu disampaikan Supervisor Koridor 11 Yanyan (34) kepada sopir bus transjakarta melalui komunikasi GPS dari ruang kontrol PT Transportasi Jakarta, Cawang, Jakarta Timur, Senin (4/7).

Sejak Januari 2016, setiap bus dipantau satu supervisor koridor dan rute. Pemantauan dilakukan langsung dari layar komputer dengan sistem GPS.

Di setiap meja supervisor terpasang tiga layar. Satu layar memuat pantauan kamera pemantau (CCTV) di setiap halte di koridor yang diamati, layar kedua memuat sirkuit perjalanan setiap bus, dan layar ketiga digunakan sebagai ruang komunikasi antara awak bus dan supervisor menggunakan Whatsapp.

Supervisor memperhatikan khusus layar kedua karena dari situ tampak laju kecepatan setiap bus. Setiap bus diwakili simbol titik beserta nomor lambung bus. Titik berwarna hijau sebagai tanda bus masih melaju di bawah kecepatan yang ditetapkan, yakni 50 km per jam.

Titik berwarna kuning menandakan bus melaju dengan kecepatan mendekati 50 km per jam. Jika merah, bus itu telah melaju di atas 50 km per jam.

Saat warna merah, supervisor seperti Yanyan menegur sopir melalui telepon yang langsung terhubung ke pengeras suara di panel setir bus. Menurut Yanyan, setiap bus dilarang melaju di atas 50 km per jam. Namun, bus juga tak boleh terlampau lambat agar penumpang tak menunggu lama di halte.

Setiap halte harus dilalui bus minimal setiap 5 menit dan maksimal 12 menit. Dengan CCTV dari setiap halte yang dilewati bus, petugas mudah mengatur bus. Jika ada penumpukan penumpang, bus diarahkan ke halte itu.

CCTV juga berperan ketika ada pencopetan. Petugas bisa membuka rekaman untuk mengetahui pelaku dan melaporkannya kepada polisi.

Untuk setiap koridor, selain supervisor koridor, ada koordinator koridor yang membawahkan satu koridor itu. Koordinator mesti menguasai permasalahan di koridornya.

Thamrin, Koordinator Koridor 11, mencontohkan, untuk rute Kampung Melayu-Pulo Gebang, beberapa kali terjadi tawuran sehingga bisa membahayakan awak bus dan penumpang. "Kalau sudah begitu, saya akan mengoordinasikan layanan dengan semua sopir dan petugas-petugas di lapangan. Kami mesti bisa melakukan antisipasi dan solusi demi pelayanan terbaik," ujarnya.

Cek kilometer

Di ruangan seluas 80 meter persegi itu juga digelar meja khusus untuk staf keuangan setiap operator. Para staf biasanya datang tiap akhir bulan untuk memeriksa jumlah kilometer yang harus dibayar PT Transjakarta.

Surip (46), salah satu staf keuangan operator Bianglala Metropolitan, mengatakan, rekapitulasi kilometer biasanya disediakan PT Transjakarta. Pihaknya juga memiliki catatan sendiri untuk pembanding.

Di bagian depan ruang kontrol terdapat ruangan yang digunakan untuk merespons seluruh komentar penumpang lewat pesan singkat SMS, Qlue, Twitter, Facebook, dan telepon.

"Keluhan tentang pelayanan transjakarta juga ada yang datang dari SMS pelaporan dari staf ahli Gubernur DKI. Dari laporan itu kami teruskan kepada koordinator koridor untuk ditindaklanjuti," kata Imelda, salah seorang petugas di ruangan itu.

Direktur Operasional PT Transjakarta David Joseph mengatakan, butuh waktu untuk mempersiapkan jaringan teknologi informasi ruang kontrol ini.

(Helena F Nababan/Madina Nusrat)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Juli 2016, di halaman 26 dengan judul "Kendali Perjalanan Bus Bertumpu di Ruang Kontrol".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Casis Bintara Dibegal saat Berangkat Psikotest, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal saat Berangkat Psikotest, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' Hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" Hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Megapolitan
Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Megapolitan
Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Megapolitan
Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com