Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Ada yang Harus Puasa Bicara

Kompas.com - 02/08/2016, 11:24 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP PDI-P Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Djarot Saiful Hidayat telah mendengar ketersinggungan PDI-P di Surabaya terkait komentar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tentang Wali Kota Surabaya,  Tri Rismaharini atau Risma.

"Jangan dikaitkan-kaitkan gitu, tapi ambil dalam konteks yang utuh ya. Makanya, dalam (hal) seperti ini menurut saya perlulah kita itu sedikit puasa bicaralah ya. Anggap saja minggu tenang, bulan tenang gitu ya," kata Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (2/8/2016).

Djarot tidak ingin ada ingar-bingar soal Pilkada DKI 2017. Dia ingin kepala daerah di Surabaya dan di Jakarta bisa fokus melayani masyarakat dengan baik.

Djarot tidak menjelaskan siapa yang harus puasa bicara. Saat ditanya, dia mengatakan itu merupakan saran untuk dirinya sendiri, bukan untuk PDI-P di Surabaya ataupun untuk Ahok.

"Itu untuk saya, ha-ha-ha," ujar Djarot yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

DPC PDI-P Surabaya berang atas pernyataan Ahok di salah satu media yang menyindir Tri Rismaharini mempunyai target mengincar kursi presiden RI.

Menurut Wakil Ketua DPC PDI-P Didik Prasetiyono, pernyataan tersebut tidak pantas dilontarkan oleh seorang gubernur.

"Ibu Risma saat ini sedang bekerja membangun Surabaya. Saya harap Pak Ahok juga demikian. Jangan berkomentar yang membuat gaduh," ungkapnya, Senin.

Berikut adalah kutipan pernyataan Ahok yang dinilai telah menyindir Risma, "Apalagi seingat saya, Bu Risma pernah ngomong, coba nanti dicek, ‘Kan Surabaya lebih besar daripada Solo. Wali Kota Solo bisa jadi presiden, masa Wali Kota Surabaya enggak bisa’. Semua orang punya pikiran yang bebas. Bagi saya, orang Jakarta akan diuntungkan, pilihan banyak.”

Kompas TV Strategi PDI-P di Kursi Panas DKI 1
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Mau Vandalisme, Fermul Kini Minta Izin Dulu Sebelum Bikin Grafiti di Fasilitas Publik

Tak Mau Vandalisme, Fermul Kini Minta Izin Dulu Sebelum Bikin Grafiti di Fasilitas Publik

Megapolitan
Pengelola Diminta Kembali Laporkan 7 Eks Pekerja yang Jarah Aset Rusunawa Marunda

Pengelola Diminta Kembali Laporkan 7 Eks Pekerja yang Jarah Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Polisi Belum Tetapkan Virgoun Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Belum Tetapkan Virgoun Jadi Tersangka Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Sederet Masalah Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang: Bangunan Tak Kokoh, Keramik Terangkat, hingga Air Kotor dan Berbau

Sederet Masalah Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang: Bangunan Tak Kokoh, Keramik Terangkat, hingga Air Kotor dan Berbau

Megapolitan
Polisi Tangkap Virgoun Usai Konsumsi Sabu dengan Seorang Perempuan

Polisi Tangkap Virgoun Usai Konsumsi Sabu dengan Seorang Perempuan

Megapolitan
Pemprov DKI Segel Bangunan di Menteng yang Diduga Langgar Aturan Perubahan Tata Ruang

Pemprov DKI Segel Bangunan di Menteng yang Diduga Langgar Aturan Perubahan Tata Ruang

Megapolitan
Hasil Tes Urine Virgoun Positif Metamfetamina

Hasil Tes Urine Virgoun Positif Metamfetamina

Megapolitan
Polisi Sita Sabu dan Alat Isap Saat Tangkap Virgoun

Polisi Sita Sabu dan Alat Isap Saat Tangkap Virgoun

Megapolitan
Pemkot Bakal Normalisasi Sungai Cidepit di Gang Makam Bogor

Pemkot Bakal Normalisasi Sungai Cidepit di Gang Makam Bogor

Megapolitan
Minta Inspektorat Periksa 7 Pekerja yang Jarah Rusunawa Marunda, Heru Budi: Harus Ditindak!

Minta Inspektorat Periksa 7 Pekerja yang Jarah Rusunawa Marunda, Heru Budi: Harus Ditindak!

Megapolitan
Pendukung Tak Ingin Anies Duet dengan Kaesang, Pengamat: Bentuk Penegasan Mereka Anti Jokowi

Pendukung Tak Ingin Anies Duet dengan Kaesang, Pengamat: Bentuk Penegasan Mereka Anti Jokowi

Megapolitan
Sudah Bayar Rp 250.000 Per Bulan, Air Warga Perumahan Subsidi Jokowi di Cikarang Sering Kotor dan Berbau

Sudah Bayar Rp 250.000 Per Bulan, Air Warga Perumahan Subsidi Jokowi di Cikarang Sering Kotor dan Berbau

Megapolitan
Pilu Ibu di Bogor, Kini Hanya Duduk di Kursi Roda karena Kerusakan Otak Usai Operasi Caesar

Pilu Ibu di Bogor, Kini Hanya Duduk di Kursi Roda karena Kerusakan Otak Usai Operasi Caesar

Megapolitan
Seniman Minta Disediakan Taman Khusus untuk Menggambar Grafiti

Seniman Minta Disediakan Taman Khusus untuk Menggambar Grafiti

Megapolitan
Suramnya Kondisi Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang, Terbengkalai seperti Kota Mati hingga Jadi Tempat Mesum

Suramnya Kondisi Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang, Terbengkalai seperti Kota Mati hingga Jadi Tempat Mesum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com