"Sekarang nilai saya agak turun sedikit. Kenapa turun? Tadinya saya simbol perlawanan semua orang. Tiba-tiba saya ikut parpol, saya enggak bisa jualan lagi parpol keroyokin saya," ucap dia.
Ahok mengaku melihat ada kepentingan yang lebih besar sehingga ia tidak jadi memilih jalur perseorangan.
Ahok mengatakan, sejak awal dia tidak antiparpol. Ia memilih jalur perseorangan karena menilai parpol bisa menyanderanya.
Ketika data KTP dukungan warga yang dikumpulkan relawannya, Teman Ahok, semakin banyak, satu per satu partai mulai mendukung Ahok.
"Saya tanya, kenapa Anda mendukung? Mereka jawab, 'Kami takut terjadi deparpolisasi. Seandainya kami (parpol) semua melawan Anda dan Anda menang melalui jalur independen, di situlah deparpolisasi. Orang tidak percaya kepada partai'," ujar Ahok menirukan pendapat partai pendukungnya.
Ahok pun mengaku tak mau hal itu terjadi. Ia menilai partai politik merupakan pilar demokrasi yang harus dijaga.
(Baca juga: Ahok: Saya Enggak Mau Ada Persepsi kalau Parpol Itu Harus "Dihabisin")
Ketika ada tiga partai yang memastikan untuk mendukungnya tanpa syarat, Ahok pun memilih ikut jalur partai.
Ia mengatakan bahwa semua itu dilakukan demi kepentingan yang lebih besar, yaitu mencegah deparpolisasi.
Nasihat Jokowi
Hal lain yang juga mendorong Ahok memilih jalur partai adalah nasihat dari Presiden RI Joko Widodo.
Ahok pernah menceritakan andil Jokowi dalam keputusannya memilih maju melalui jalur partai politik.
Jokowi mengingatkan Ahok akan risiko yang harus ditanggung jika ia memilih perseorangan.
Kepada Ahok, Jokowi mengatakan bahwa proses verifikasi 1 juta data KTP warga tidaklah mudah.
Sampai saat ini, Ahok sendiri masih menganggap Jokowi sebagai orang yang dihormatinya. Ia menganggap Jokowi sebagai bos dan panutan.
Ahok mengaku tidak mau berbeda pandangan dengan Jokowi terkait politik. Atas dasar itu, nasihat dari Jokowi menjadi masukan berarti baginya.