Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuasa Hukum Berdebat dengan Ahli Psikologi soal Parameter Penilaian Perilaku Jessica

Kompas.com - 15/08/2016, 15:38 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Otto Hasibuan, kuasa hukum terdakwa kasus kematian Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso, mempersoalkan parameter ahli psikologi klinis, Antonia Ratih Andjayani. Keduanya berdebat soal parameter yang digunakan untuk menilai perilaku Jessica.

Menurut Otto, parameter Antonia untuk menilai perilaku Jessica sangat tidak jelas. Pasalnya, Antonia kerap mengatakan bahwa perilaku Jessica tidak seperti pada umumnya saat Mirna dalam kondisi kritis usai minum es kopi vietnam.

Otto pun meminta Antonia menjelaskan teori bahwa seseorang harus menolong orang lain yang sedang dalam keadaan kritis.

Antonia menjawab bahwa salah satu teori yang ia gunakan adalah altruisme, atau sebuah dorongan alamiah pada diri manusia normal yang hati nuraninya berkembang dengan baik.

"Saat orang mengalami kesusahan, maka dia akan menolong," kata Antonia, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

( Baca: Ahli: Tak Tampak Upaya Jessica Menolong Mirna Berdasarkan Rekaman CCTV )

Otto tak puas dan mengkritisi bahwa belum ada parameter khusus yang digunakan Antonia menilai Jessica. Antonia menjawab karena aksi ini adalah umum dan berlaku universal, maka tidak menggunakan standar statistik. Parameternya, kata Antonia, perilaku lazim yang terjadi pada manusia.

Otto masih tak puas dan mencoba mengarahkan bahwa harus menggunakan ukuran statistik untuk parameter penilaian. Namun, Antonia menjawab bahwa pendapat ilmiah banyak. Otto pun menduga bahwa kesimpulan Antonia adalah hasil kemauan probadi.

Antonia pun membantah penilaian Otto. Menurutnya, jika seseorang masuk dalam kondisi sosial maka harus berperilaku sama.

"Jika tidak berperilaku pada umumnya, bisa dapat reward dan punishment sosial," ujar Antonia.

Lebih jauh lagi, Antonia menjelaskan perilaku manusia tarkait urgensi dan kegentingan situasi. Bila keadaan dengan keselamatan hidup, maka respons akan berbeda terkait kondisinya.

"Meskipun tempat berbeda, perilaku sama akan muncul, seperti yang jelaskan tadi, ketika terancam maka akan selamatkan diri," ujar Antonia.

"Ketika pribadi tak terancam, maka cenderung membantu pribadi yang terancam," sambung Antonia.

Wayan Mirna Salihin meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica menjadi terdakwa dalam kasus tersebut. Jaksa penuntut umum memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.

Kompas TV Ayah Mirna: Jessica Itu Tidak Bisa Ditebak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com