Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Jakarta Selatan dan Pembangunan yang Kemaruk

Kompas.com - 29/08/2016, 08:08 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan yang melanda Jakarta pada Sabtu (27/8/2016) membuat tak kurang 39 RW di Jakarta Selatan terendam banjir dengan ketinggian bervariasi. Sebanyak 10.538 KK atau 31.622 jiwa yang terdampak langsung oleh banjir, pasrah melihat rumah mereka terendam.

Selain intensitas hujan yang cukup tinggi, luapan air di Kali Krukut juga jadi biang parahnya banjir yang terjadi di sejumlah titik. Di Jakarta Selatan, banjir terparah dialami daerah yang dilewati Kali Krukut yaitu Jagakarsa, Cilandak, Pasar Minggu, Kemang, dan Mampang Prapatan.

Rusaknya daerah aliran sungai (DAS) Kali Krukut baru menyita perhatian pemerintah ketika Sabtu dan Minggu, tembok pembatas antara kali dengan daratan jebol di lima titik. Lima tembok yang ambrol itu yakni di Jalan Taman Kemang di bekas Hotel Garden, Jalan Kemang Raya RW 01 Bangka (Pop Hotel), Jalan Kemang Selatan VIII, RT 10 RW 02, serta Jalan Kemang Selatan X RT 10 RW 02, dan 1 lagi di RT 13 RW 01 Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan, banyak warga yang membangun bangunan di badan kali Krukut. Mereka pun memiliki sertifikat hak milik. Ahok mengaku tidak mengetahui bagaimana warga bisa mendapatkan sertifikat tersebut.

"Nah kasus (banjir) Kemang ini kebetulan dia airnya ngalir ke daerah yang enggak ada pompanya. Semua kali enggak boleh jebol, nah ini jebol dari rumah orang," kata Ahok.

Berdasarkan data Litbang Kompas seperti dikutip harian Kompas pada 20 Desember 2013, dalam artikel "RTRW Jakarta Dibuat untuk Dilanggar", penggunaan ruang di Jakarta sudah diatur dalam RTRW atau rencana tata ruang wilayah yang dikeluarkan tahun 1965.

Di dalamnya telah diatur bahwa pengembangan kota hanya dilakukan ke arah timur dan barat, mengurangi tekanan pembangunan di utara, dan membatasi pembangunan di selatan. Dalam RTRW 1965, pengembangan kawasan di Jakarta Selatan seharusnya dibatasi karena wilayah tersebut ditetapkan sebagai daerah resapan air.

Namun, pada 1983, areal terbangun di Jakarta Selatan masih 26 persen dari luas total. Dua puluh tahun berikutnya, kawasan terbangun meningkat menjadi 72 persen. Persentase ini lebih besar dibandingkan dengan proporsi daerah terbangun di Jakarta Timur.

Kemang adalah salah satu kawasan di Jakarta Selatan yang mengalami pembangunan pesat tetapi tak sesuai peruntukan. Dalam Rencana RTRW 2030 yang disahkan Gubernur Fauzi Bowo pada 2012, zonasi di Jakarta Selatan mayoritas peruntukan ruangnya adalah kawasan perumahan taman dan kawasan hijau budidaya.

KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Tembok rumah warga yang berbatasan dengan Kali Krukut jebol, diduga sebagai penyebab banjir di kawasan Kemang, Jakarta Selatan Minggu (28/8/2016).
Kawasan komersil seperti perkantoran, perdagangan, dan jasa yang diakui hanya ada di sekitar Setiabudi, Kuningan, Mampang Prapatan, Pancoran, TB Simatupang, dan Fatmawati.

Yang terjadi, pembangunan komersil melebar ke mana-mana. Kemang menjadi contoh yang terparah. Saat ini Kemang dikenal sebagai kawasan komersial yang dipadati kafe, restoran, dan hotel.

Padahal, dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 Tentang RTRW 2030 Pasal 148 ayat (2), kawasan budi daya dapat dikembangkan sebagai pariwisata, dengan perbaikan, mengingat kawasan tersebut berfungsi hijau. "...pengembangan dan perbaikan kawasan wisata perkotaan berfungsi hijau yang berlokasi di Pondok Indah, Fatmawati, Blok M, dan Kemang."

Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi sendiri mengatakan tak banyak yang pemerintah bisa lakukan di Kemang sebab mayoritas usaha di kemang memiliki IMB dan sertifikat. Izin mendirikan gedung-gedung di masa lalu diduga dibiarkan tanpa mengacu pada RTRW.

Pemprov DKI Jakarta Selatan baru saja menyelesaikan sosialisasi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Banyak kenyataan di lapangan yang tak sesuai dengan peruntukannya.

"Tapi kan ada beberapa daerah yang bisa jadi ungu (komersil) buat usaha. Ada," kata Tri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com