Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nenek Tinah yang Shalat di Trotoar Kompleks GBK Senayan

Kompas.com - 07/09/2016, 07:34 WIB
Fidel Ali

Penulis

Nenek Tinah tinggal di sebuah kamar kos-kosan di daerah Palmerah. Sebulan, ia membayar Rp 500.000. Namun, lantaran kosan itu terbilang kecil, maka ruangannya pun tak cukup untuk dirinya berbagi.

"Cuma cukup naro barang sama kasur aja. Suami saya yang tidur di situ, saya kalau lagi enggak betah ya tidur di jalan," ceritanya.

Jam kerja Nenek Tinah terbilang cukup lama. Jika sedang berada di kos, ia berangkat setelah shalat subuh sekitar pukul 05.00 WIB ke wilayah kerjanya di sepanjang Jalan Gerbang Pemuda. Jam kerjanya selesai sekitar pukul 17.00 WIB.

Disayangi kucing liar

Sepanjang obrolan dengan Nenek Tinah, seringkali kakinya yang bersila digesek-gesek manja oleh tiga ekor kucing. Nenek Tinah memang menyayangi binatang, termasuk kucing liar yang berada di sekitarnya itu.

"Sesama makhluk hidup mas, mereka juga cari makan seperti saya. Kalau ada makanan ya saya kasih," katanya seraya mengusap punggung seekor kucing yang berada di dekatnya.

Di lokasi tersebut, Nenek Tinah biasanya menyiapkan piring bekas makannya untuk disajikan kepada kucing-kucing itu. Namun, ketika itu piring tersebut sudah terlihat kosong, hanya dijilat-jilati oleh seekor kucing.

Menurut Nenek Tinah, kucing-kucing cukup membantu dengan menemaninya saat tidur di lokasi tersebut. Mereka berkerumun dan merapatkan tubuhnya untuk saling memberi kehangatan di dekat Nenek Tinah.

Tidak takut

Kerasnya kehidupan Jakarta tidak menyiutkan nyali Nenek Tinah untuk mengadu nasib. Ia bercerita, sering disatroni preman yang meminta jatah ketika dirinya sedang bekerja atau saat beristirahat.

"Saya punya sapu, kalau mereka datang ya saya sorong saja sapu ini," sembari menunjuk sapu lidi yang berada di depan dan belakangnya itu.

Nyali Nenek Tinah melebihi suaminya yang juga memiliki profesi sebagai petugas kebersihan. Suaminya lebih memilih tidak mencari masalah dengan preman seperti itu.

Tak hanya itu, Nenek Tinah juga memiliki fisik yang kuat. Saat berbicara, tidak terlihat kondisi lemah, tenaganya masih terkumpul.

"Suami saya tidak kuat, kalau sore atau malam pulang ke kosan. Tidur di sana, kalau saya di sini saja," terangnya.

Bagi dirinya, kondisi saat ini sudah lebih dari cukup. Ia pun tak ingin mengemis ke orang untuk mendapatkan belas kasihan dan lembaran rupiah.

Ketika ditanya apakah ingin mengadukan kondisinya ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama agar kehidupannya jadi lebih baik seperti yang dilakukan sebagian orang, ia pun menolaknya.

"Tidak usah mas, begini saja saya sudah bagus," tutupnya.

Kompas TV 20 Tahun Menabung, Petugas Kebersihan Naik Haji
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com