TANGERANG, KOMPAS.com — Mukti berlari kecil dari dalam sebuah rumah di Perumahan Sinar Pamulang Permai, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (8/9/2016). Sambil tersenyum, pria berusia 20 tahun itu beranjak keluar sambil menghampiri Kompas.com yang baru saja memarkirkan kendaraan di dekat sana.
"Kakak, silakan masuk," kata Mukti seraya mengantar ke dalam rumah tempat dia keluar barusan.
Mukti adalah satu dari 50 lebih anak berkebutuhan khusus yang tinggal di Wisma Yayasan Bhakti Luhur. Yayasan itu merupakan sebuah yayasan swasta yang dicetuskan oleh Romo P Janssen CM dan dikelola oleh para suster dari Susteran ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam) asal Malang, Jawa Timur.
Yayasan Bhakti Luhur bergerak di bidang sosial, dengan fokus menangani dan melayani anak-anak berkebutuhan khusus, baik secara fisik maupun mental. Ketika masuk ke dalam, beberapa perempuan yang biasa dipanggil suster baru saja mengecek kamar tempat anak-anak tidur siang.
Usai jam sekolah pukul 12.00 WIB, anak-anak di sana memang dijadwalkan istirahat di kamarnya hingga menjelang sore sebelum mengerjakan PR dan tugas dari sekolah.
"Pas anak-anak tidur siang, kami biasanya ikut temani mereka di dalam kamar. Ada juga yang jaga di ruang tamu, soalnya pada di kamar, enggak ada orang di depan sini," tutur salah satu suster, Sarida (22).
Dia menceritakan, ada 51 anak berkebutuhan khusus yang tinggal di sana dan dirawat oleh suster setiap hari. Dari 51 anak, ada belasan perempuan dan puluhan laki-laki. Mereka ditempatkan di rumah yang berbeda, perempuan di asrama putri dan laki-laki di asrama putra.
"Dipisah tempatnya. Tempat ini sebenarnya juga pinjaman dari donatur, bukan punya yayasan," ujar Sarida.
Setiap anak juga memiliki kisahnya sendiri, mengapa mereka bisa sampai tiba di sana. Sarida mengenang, selama hampir empat tahun mengabdi, dia melihat sebagian besar anak berkebutuhan khusus ada yang dititipkan oleh orangtuanya hingga dibawa oleh orang dari jalanan.
"Anak yang masuk ke sini rata-rata umur belasan tahun. Ada yang dari keluarga memang dibawa ke sini, ada dari romo, ada juga orangtua yang antar tetapi mereka hilangkan jejak, enggak kontak kami atau anaknya lagi. Kebanyakan memang dari kalangan miskin dan telantar," ucap Sarida.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.