Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Baru, Proyek Kanal Transportasi yang Gagal

Kompas.com - 26/09/2016, 17:25 WIB

Oleh: Dian Dewi Purnamasari

Abad ke-18, Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem van Imhoff merancang kanal sebagai jalur pengangkutan hasil panen dari pedalaman Bogor menuju Batavia. Dua saluran digali dari hulu Ciliwung di Katulampa dan Kali Cisadane. Kini, jejak proyek transportasi air itu masih tersisa, yakni Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur.

Tahun 1970-an, air jernih mengalir di selokan timur (Oosterslokkan) atau dikenal sebagai Kali Baru Timur saat ini. Batu-batu cadas putih terlihat di dasar kali karena aliran air yang bening.

Sisi kiri dan kanan kali dipagari tanaman kecapi, jamblang, asam jawa, dan kenanga. Ikan gabus, tawes, lele, mas, dan udang air tawar hidup sehat di aliran kali yang mengalir di pinggir Jalan Raya Bogor itu.

"Anak-anak demen bener nyemplung di kali. Kami biasanya bermain seluncur dari Pondok Gede sampai ke pintu air (Kampung Gedong)," kenang Muhammad Samin (70), warga Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (9/8/2016).

Air Kali Baru Timur pun menjadi berkah bagi masyarakat yang dilintasi. Bagi warga Gedong, air digunakan untuk mandi, mencuci baju, bahkan untuk air minum. Karena posisi kali cukup dalam, warga membuat tangga berundak dari bambu.

Air juga digunakan untuk mengairi sawah-sawah yang ditanami padi. Sawah membentang dari daerah Gedong hingga Pasar Induk Kramatjati. Hasil panen melimpah karena pasokan air cukup.

Samin menuturkan, kala itu jalanan di dalam kampung masih berupa tanah. Setiap pagi, kereta pedati dan delman berlalu lalang di jalan tanah yang diapit sawah dan empang. Pedati dan delman biasanya mengarah ke daerah Harmoni dan Jakarta Kota. Saat hujan, jalan berubah menjadi becek, melendut sehingga sulit dilalui.

Suasana asri itu lalu berubah drastis pada 1975. Pabrik-pabrik mulai menyerbu kawasan di sepanjang Jalan Raya Bogor itu. Pabrik menyerap banyak karyawan dari kampung-kampung di Jawa. Laju urbanisasi pun tak terbendung.

Sawah-sawah mulai beralih fungsi menjadi permukiman warga. Air kali lalu semakin keruh dan menghitam. Pabrik membuang limbah di kali. Warga mengotori aliran kali dengan pipa pembuangan kotoran dan limbah air. Kini, Kali Baru Timur menjadi selokan pembuangan dengan air berwarna coklat hingga kehitaman.

"Dulu kelihatan banget tuh, airnya kadang berubah menjadi merah, ijo lumut karena pabrik buang limbah ke kali. Sekarang juga masih ada, tetapi enggak sebanyak dulu karena dilarang," ujar Frans (49), pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Pasar Rebo.

Irigasi sawah

Restu Gunawan dalam buku Gagalnya Sistem Kanal, Pengendalian Banjir dari Masa ke Masa (Penerbit Buku Kompas, 2010) menyebutkan, tahun 1739, pemerintah kolonial Belanda atas perintah Gubernur Jenderal Van Imhoff membuat Oosterslokkan yang berfungsi untuk irigasi dan pengangkutan barang dari pedalaman. Saluran dibuka tahun 1739 dan selesai 14 tahun kemudian, yakni pada 1753.

Upaya memanfaatkan selokan timur sebagai sarana pengangkutan barang gagal karena memerlukan banyak pintu air untuk membendung. Selokan timur juga gagal digunakan sebagai kanal pelayaran karena ada kebocoran yang sulit diatasi. Akhirnya, selokan itu difokuskan untuk irigasi pertanian saja.

Selokan timur memiliki tiga pintu air untuk mengairi sawah di daerah hulu di Ratim, Cibalok, dan Cibanon. Pasokan air di selokan itu juga ditambah dengan pembuatan bendung Katulampa di Buitenzorg (Bogor) tahun 1749. Selokan itu juga mengairi sawah seluas 9.075 hektar di tanah-tanah partikelir di sebelah timur Ciliwung.

Tahun 1753, Oosterslokkan diperpanjang sampai ke kanal timur di Weltevreden (Lapangan Banteng), bergabung dengan kanal prapatan lalu dikenal dengan nama Kali Baru.

Restu juga menyebutkan, selokan timur beberapa kali rusak dan membutuhkan biaya besar untuk perbaikan. Lalu tahun 1776, Van Imhoff mengusulkan untuk menggali sebuah kanal lagi dari aliran Kali Cisadane untuk dialirkan ke Kali Ciliwung. Kanal ini kemudian dikenal dengan Westerslokkan atau selokan barat, disebut Kali Baru Barat saat ini.

Kali Baru Barat menghubungkan Kali Cisadane dan Ciliwung dan berada di sebelah utara Bogor. Fungsi selokan barat juga untuk mengairi lahan sawah dan perkebunan di Cilebut, Citayam, Depok, Pondok Cina, Tanjung Barat, dan Pondok Labu. Kini, bagian yang terhubung dengan Kali Ciliwung sudah ditutup.

Hasil panen sawah yang dialiri Kali Baru Barat dan Timur sangat bagus. Di distrik Kebayoran, hasil sawah rata-rata 31 pikul per bahu (setara 0,7 hektar). Di Cilebut, Citayam, Depok, Pondok Cina, Tanjung Barat, dan Pondok Labu hasil padi per bahu antara 15 pikul dan 35 pikul. Sementara di daerah yang dialiri Kali Baru Timur di Cibinong, Tapos, Cilangkap, Cimanggis, Cilodong, Tanjung Timur, Kampung Makasar, Cililitan, Cawang, Kemayoran, Gedong Rubuh, dan Kelapa Gading, hasil padi berkisar antara 15 pikul dan 30 pikul per bahu.

Adolf Heuken SJ dalam Atlas Sejarah Jakarta (Yayasan Cipta Loka Caraka, 2014) juga memaparkan, selokan timur digali dari Katulampa sampai Meester (Jatinegara) dan mendapat pasokan air tambahan dari Kali Cikeas dan dialirkan hingga ke Kali Sunter. Sementara Westerslokkan atau Selokan Barat dialirkan dari Kali Cisadane, melewati Kali Cipakancilan, masuk ke selokan barat (Kali Baru Barat), Matraman (Kali Minangkabau), dan masuk ke Kanal Banjir Barat.

Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi.

Ragam nama

Meskipun Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur adalah sungai buatan atau tidak alami, kedua saluran ini menjadi bagian dari 13 sungai yang mengalir melintasi Ibu Kota.

Warga yang bermukim di kanan kiri saluran di daerah perbatasan DKI Jakarta dan Kota Depok umumnya mengenal dan menyebut saluran ini sebagai Kali Baru Timur. Sampai daerah Cijantung, Cililitan, Cawang, bahkan Cipinang, warga di sekitar aliran masih menyebutnya Kali Baru Timur.

Akan tetapi, sampai di daerah Matraman atau Pramuka, warga menyebutnya dengan nama beragam. Warga di Kelurahan Senen, Jakarta Pusat, misalnya, ada yang menyebutnya Kali Paseban, Kali Bluntas, Kali Sentiong, atau Kali Murtado. Nama-nama itu mengacu pada nama kampung atau jalan di sekitar saluran. Warga pun tak banyak mengenal tentang sejarah dan fungsi kali tersebut.

Boni Mariyuna (39), warga Kelurahan Senen, Jakarta Pusat, misalnya, sama sekali tidak mengenal Kali Baru Timur. Ia menyebut aliran Kali Baru Timur itu sebagai Kali Sentiong. Di kawasan ini, aliran Kali Baru Timur memang akan bertemu dengan Kali Sentiong sebelum masuk ke Kali Sunter.

Warga lain pun tak familiar dengan sebutan Kali Baru Timur. "Ini kali apa, ya? Sentiong kalau enggak salah. Sudah ada sejak saya kecil," ujar Boy yang lahir di Kelurahan Senen itu.

Di sepanjang Pasar Rebo, Jakarta Timur, kondisi Kali Baru Timur masih asri dengan turap alami dan beronjong batu kali. Ada jalan inspeksi di sepanjang kali. Tebing kali juga banyak ditanami pohon-pohon hijau. Di sepanjang kali berjajar toko-toko, kios, bengkel, pasar, mal, dan rumah makan.

Sampai di Cililitan, aliran kali menyempit, bahkan mengalir di bawah salah satu pusat perbelanjaan di Cililitan. Aliran seolah terputus karena tersembunyi di bawah bangunan Pusat Grosir Cililitan. Di permukiman di belakang pusat perbelanjaan ini, kali "muncul" lagi, seolah bersumber dari tembok mal.

Selain di pusat perbelanjaan itu, aliran Kali Baru Timur tersembunyi di bawah simpang susun Cawang, Jakarta Timur. Lebar saluran menyempit selepas tempat penyaringan sampah di sisi selatan simpang Cawang, melalui kolong, dan keluar di sisi utara menuju daerah Cipinang, lalu ke Matraman, Salemba, Johar Baru, hingga ke Kemayoran. Di Kemayoran, Kali Baru Timur bertemu dengan Kali Sentiong, lalu mengalir ke utara dan bertemu dengan Kali Ancol sebelum lepas ke Laut Jawa.

Kali Baru Timur dan Barat boleh saja disebut sebagai bagian dari 13 sungai. Namun, sejarah mencatat bahwa saluran ini buatan. Banyak rekayasa dan campur tangan manusia dalam mengatur tata air dari hulu ke hilir.

(MUKHAMAD KURNIAWAN/SAIFUL RIJAL YUNUS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2016, di halaman 28 dengan judul "Proyek Kanal Transportasi yang Gagal".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com