Marina mengatakan, Singapura menjual daging berdasarkan grade, tidak seperti di Jakarta yang pada umumnya menjual jenis secondary cut saja di pasar umum.
"Di Singapura yang murah itu dari grade kerbau, daging India. Itu memang murah. Nah, kita di sini kalau jenis itu juga murah yang baru diimpor sama Bulog," ujar Marina.
(Baca juga: Djarot: Kami Harus Jaga Stabilitas Harga Daging dan Lindungi Peternak Lokal)
Jika dibandingkan dengan grade yang sama, Marina mengatakan, harga daging di Indonesia dengan Singapura tidak akan berbeda jauh.
Terlebih lagi, Indonesia dan Singapura sama-sama mengimpor daging, salah satunya dari Australia. Marina tidak menyebutkan berapa harga daging di Singapura.
Dia hanya menyebutkan harga daging di Singapura dijual berdasarkan berbagai macam grade, sedangkan di Jakarta umumnya hanya dijual daging secondary cut di pasar.
Berdasarkan data dari situs web Informasi Pangan DKI Jakarta, harga daging itu di pasar saat ini Rp 116.219 per kilogram.
Jika membuka salah satu situs belanja online di Singapura, www.coldstorage.com.sg, bisa terlihat berbagai macam jenis daging dan harganya.
Untuk daging sapi tenderloin Australia, harganya adalah 95,90 dollar Singapura per kilogram atau sekitar Rp 902.368.
Untuk daging sapi topside Australia harganya adalah 39,90 dollar Singapura per kilogram atau lebih kurang Rp 375.473
Sementara itu, dari situs www.fairprice.com.sg, daging dengan merek Amir's Beef Sukiyaki dijual 7,99 dollar Singpura per 400 gram atau lebih kurang Rp 75.188.
Kemudian, daging Amir's Beef Cube dijual 6,90 dollar Singapura per 500 gram atau lebih kurang Rp 64.927.
Kenapa harga daging di Jakarta tidak bisa Rp 80.000?
Sebenarnya, Marina sudah pernah menjelaskan alasan harga daging di Jakarta tidak bisa Rp 80.000 seperti keinginan Jokowi.
Harga terbaik yang bisa diberikan PD Dharma Jaya terhadap daging sapi yang dijualnya berkisar Rp 95.000-Rp 99.000.
Itu merupakan daging sekunder sapi yang biasa dijadikan semur dan rendang.