Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/10/2016, 10:48 WIB
Fidel Ali

Penulis

Kompas TV Emosi Risma Meledak Saat Sidak Pelayanan E-KTP

"Ini saja baru foto, Mas, belum lagi katanya disuruh ambil resi 3 hari ke depan, lalu nanti ambil hasilnya beberapa hari lagi. Sampai kapan coba saya ngorbanin waktu untuk urus ginian," lanjut Rosita.

Dijelaskan Rosita, saat ia berada di ruang foto untuk e-KTP, hanya butuh sekitar 5 menit prosesnya. Oleh karena itu, ia heran, kenapa ia antre dari pagi tetapi baru dilayani pada sore hari.

"Mungkin karena banyak warga yang nyelak (memotong antrean) tadi, jadinya numpuk dan lama," kata Rosita.

Rosita meluangkan waktunya untuk mengurus e-KTP dengan menutup toko kelontong miliknya. Jika tokonya ditutup, maka pendapatan menyusut. Terlebih lagi, tokonya tutup dalam waktu yang cukup lama.

"Dulu katanya kalau urus e-KTP cepat, cuma sehari. Ini buktinya saya ngurus berkali-kali, bahkan dari bulan lalu. Gimana ini?" tutup Rosita. (Baca: Antre hingga Larut Malam demi E-KTP, Warga Kecewa Blangko Habis)

Tanggapan kelurahan

Kompas.com mencoba mengonfirmasi perihal lambatnya pelayanan e-KTP di Kelurahan Sukapura. Namun, lurah di wilayah tersebut tidak berada di lokasi. Sekretaris Kelurahan Eko Cahyono, yang bisa ditemui, mengakui pelayanan untuk e-KTP lamban.

"Sistem kami memang masih kurang, hanya ada satu komputer untuk e-KTP dan satu komputer untuk pembuatan kartu keluarga. Itu pun hanya diisi satu operator masing-masing komputer," kata Eko.

Meski begitu, ia menyebut ada cara agar warga tidak terbuang waktunya untuk mengurus e-KTP.

"Warga yang sibuk bisa lakukan janji atau appointment dengan petugas, nanti berkasnya bisa disusul ketika ada waktu yang lowong, atau bisa di bus e-KTP yang mobile," ucap Eko, Senin (17/10/2016).

Upaya Eko dengan cara membuat janji ini rupanya menjadi penyebab penumpukan berkas e-KTP. Dia pun mengakui hal tersebut. Namun, ia memastikan, warga akan tetap terlayani meski ada berkas yang menumpuk. Dia berharap akan ada penambahan komputer dan operator untuk pelayanan e-KTP.

"Kalau cuma satu operator kan riskan, dulu pernah dia sampai meriang. Kalau enggak masuk nanti enggak ada yang gantiin, ini kan repot," kata Eko. (Baca: Pantauan Ombudsman, Sarana dan Prasarana Pembuatan E-KTP Tak Memadai)

Ia pun berharap Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta bersedia menambah jumlah CPU dan operator untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di wilayahnya yang memiliki populasi 67.000 orang itu.

"Dulu, September, pernah sampai mati komputernya, kepanasan. Waktu itu ada ratusan orang mengantre untuk e-KTP sampai larut malam," ujar Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Pilkada DKI Jalur Independen Sepi Peminat, Pakar Khawatir Fenomena Calon Tunggal

Pilkada DKI Jalur Independen Sepi Peminat, Pakar Khawatir Fenomena Calon Tunggal

Megapolitan
Ini Ucapan Tukang Soto yang Memprovokasi Faizal Bunuh Pamannya di Tangsel

Ini Ucapan Tukang Soto yang Memprovokasi Faizal Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Usung Supian Suri di Pilkada Depok, PDI-P: Beliau Tahu Persoalan dan Kebutuhan Warga

Usung Supian Suri di Pilkada Depok, PDI-P: Beliau Tahu Persoalan dan Kebutuhan Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com