Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Baswedan, Tanggung Jawab Moral dan Mencari Orang-orang Baik

Kompas.com - 26/10/2016, 09:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sempat ketakutan ketika saling dorong terjadi saat rombongan mereka masuk ke acara pengundian nomor pemilihan di JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (26/10/2016) malam. Namun takut tidak pernah menjadi hal yang ingin ditularkan Anies kepada anak-anaknya.

Sebelum mengikuti acara pengundian, Anies mampir ke kantor redaksi Kompas dan bercerita soal pencalonannya, dan apa yang ia tawarkan untuk Jakarta.

Anies mengatakan beberapa hari sebelum pendaftaran ke KPU DKI Jakarta pada 23 September lalu, tawaran menjadi cagub atau cawagub DKI Jakarta datang kepadanya, ketika ia tengah terbaring di rumah sakit. Saat itu, Ketua Umum PPP, Romahurmuziy, menawarinya posisi di pilkada DKI.

Menyusul, Sandiaga Uno juga tertarik ingin menggandengnya demi Pilkada satu putaran.

"Mengapa saya milih melakukan ketika saya diundang pertama kali? Kalau Bu Risma (Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini) maju saya nggak mau ikut, tanggung jawab saya selesai, udah ada Bu Risma. Wong saya maju bukan untuk saya, maju kepentingannya kita perlu pergantian di Jakarta," katanya Selasa siang.

Anies mengatakan, saat itu ia bisa saja memilih jalan penuh tepuk tangan dan tanpa kritik. Toh saat itu ia juga tak memiliki modal apapun untuk maju, baik partai politik maupun uang. Namun anaknya jadi alasan mengapa ia memutuskan maju.

"Saya nggak mau 15 tahun lagi jelasin ke anak saya saat mereka tanya 'Ayah saat dulu dipanggil beresin Jakarta ke mana?' Terus saya jawab, saya takut kritik, takut di-bully. Minimal saya bisa jawab 'Bapakmu nggak pilih lepas tanggung jawab' apapun hasilnya nanti. Saya punya tanggung jawab moral," kata Anies.

Kepercayaan dirinya juga muncul dari survei yang memunculkan namanya. Survei yang dirilis Poltracking Indonesia menunjukkan, ketika pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat melawan mantan Anies Baswedan, yang dipasangkan dengan Sandiaga, selisihnya sangat tipis.

Pasangan Ahok-Djarot mendapatkan elektabilitas 37,9 persen dan Anies-Sandiaga sebesar 36,4 persen.

Anies berpikir orang-orang yang menyebutnya dalam survei tak mengenalnya, namun memang benar menginginkan perubahan di Jakarta.

Meski PPP dengan "koalisi Cikeas-nya" akhirnya meninggalkan nama Anies dalam diskusi, Sandiaga Uno tak mau mengabaikan data. Sandiaga melobi Gerindra dan PKS agar mau mengusung Anies.

Tawaran untuk Jakarta

Berangkat dari keyakinan itu, Anies mulai membedah masalah Jakarta. Ia banyak membandingkan pos lamanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tata kelola di birokrasi Pemprov DKI Jakarta.

Anies menawarkan rencana pemerintah yang berjalan optimal, dengan serapan anggaran dan eksekusi yang baik. Ia memaparkan bahwa 7 dari 10 perencanaan yang dirancang Pemprov terlaksana, sementara sisanya terhambat.

Kata Anies, saat ia menjabat sebagai Mendikbud, pembahasan dengan Komisi X tak pernah deadlock. Ia berbangga diri bisa negosiasi tanpa pendekatan konflik dengan legislatif, sehingga hampir semua programnya di Kemendikbud bisa tereksekusi.

"Kepemimpinan yang akan dihadirkan adalah yang bisa mengeksekusi rencana, bukan yang memesona sosial media. Jadi kira-kira kalau diambil 10-20 program untuk kelas menengah, jalanlah glorifikasi itu. Tapi datanglah kampung-kampung miskin itu...," kata Anies.

Anies juga menekankan rendahnya rasio gini atau ketimpangan Jakarta yang mencapai 0,411. Anies mengatakan angka yang sama dipegang Tunisia ketika gelombang Arab Spring tahun lalu.

Ia mengatakan kemajuan harusnya dialami semua, bukan sebagian.

"It's a time bomb. Saya datang ke tempat orang miskin di pelosok, di pesisir, kemiskinan diiringi rasa bahagia dan harapan. Di sini keputusasaan, lain sekali rasanya, seorang gubenrur harus bisa membendung itu semua," ujar Anies.

Anies memaparkan kekurangan Jakarta lainnya seperti keamanan kota, air bersih, dan inflasi. Bagi Anies, prestasi-prestasi pemerintah untuk kelas menengah menampilkan citra yang baik lewat gaungnya yang kencang.

Namun kelompok miskin tetap tak tersentuh. Anies juga menyampaikan bahwa ia akan mengedepankan partisipasi publik dalam membangun Ibu Kota. Partisipasi publik, lanjut dia, secara langsung akan membangun budaya antikorupsi dan kerja yang bertanggung jawab.

"Bagaimana kita tahu (kinerja pemerintah)? Itu masalahnya. Justru yang saya mau bangun ekosistem di Jakarta lewat informasi. Kelurahan saya tahun ini dapat uang berapa? Rencananya apa?. Kalau enggak jalan, yang marah siapa? Gubernurnya atau warganya? Itu perbedaannya," katanya.

Anies lantas menceritakan pengalamannya saat masih menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika itu, Anies kerap minta ditemani non-PNS setiap kunjungan kerja beberapa hari ke daerah-daerah.

"Supaya ada kontrol dekat. Kalau yang ikut rakyat itu moral pressure langsung hadir," ucap dia.

Mencari orang baik

Lalu, bagaimana Anies yakin konsep-konsepnya soal Jakarta bisa terlaksana? Anies bertumpu pada kondisi-kondisi yang menurutnya bisa membuatnya menang. Jakarta dinilainya memiliki lingkup yang lebih sempit dari daerah lain sehingga masyarakatnya lebih mudah dijangkau.

"Kalau ini pilkadanya di Jawa Barat mboten mawon, lha mau jangkau dari Kuningan, Cirebon, Depok, Bekasi, enggak mungkin dikerjain. Kemudian penetrasi online-nya rendah. Tetapi kalau Jakarta, satu hari bisa ke mana saja, saya merasa connectivity-nya," kata Anies

Kedua, menurut Anies, ia merasa beruntung bisa didukung oleh dua partai, yakni Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anies tak bisa membayangkan rumitnya konsolidasi dengan banyak partai.

"Enggak rumit, saya enggak bisa membayangkan didukung lima partai menyamakan semuanya. Dua-duanya (Gerindra dan PKS) bekerja dengan kedisiplinan tinggi dibanding partai-partai lain," kata Anies.

Hal ketiga, banyak teman Anies dari luar partai politik yang mau turun tangan bekerja untuknya. Menurut Anies, mereka yang tergabung dalam tim pemenangan ini bisa mengampanyekan ke publik soal kinerja Anies selama menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Kalau kita bicara bersih atau tidak, bukan dari medsos, tetapi oleh orang yang tahu jeroannya. Siapa sih yang tahu jeroannya? Mereka bisa menilai apa yang dikerjakan di Kemendikbud dan Pemda," ujar dia.

Anies mengatakan, susunan tim pemenangannya memang agak lama sebab ia ingin orang-orang baik berada di dalamnya. Namun orang baik, kelakar Anies, jarang sekali menganggur.

Anies mengatakan yang tengah diupayakan kini adalah 'amplifying' atau menggaungkan sosok dan programnya ke seluruh warga. Ia mengaku sudah memiliki 11 juru bicara, empat di antaranya dari Gerindra dan PKS, sementara sisanya merupakan pilihannya dan Sandiaga.

Salah satu juru bicara pilihan Anies adalah Bambang Widjojanto . Bambang yang merupakan mantan pimpinan KPK menyampaikan alasan mengapa ia mau memenangkan Anies. Ia bercerita persahabatannya terjalin dengan Anies saat keduanya banyak bergerak sebagai aktvis.

Pria yang akrab disapa BW ini mengandalkan pengetahuannya di bidang antikorupsi untuk menunjukkan kekurangan Jakarta yang mesti diperbaiki. Ia bicara soal hak diskresi pemimpin daerah dan potensi korupsi.

"Kita lihat putaran-putaran uang terbesar di APBD, di situlah kira-kira potensi penyalahgunaan terjadi. Yang mau diurus episentrum transaksi uang, mau petty coruption atau grand corruption?" katanya Selasa malam.

BW mengaku memiliki peranan sebagai penasehat Anies untuk merumuskan program kesejahteraan. Ia menyayangkan saat ini ketimpangan dan kemiskinan masih sangat lebar di Jakarta.

Kompas TV Sandiaga: Nomor Urut 3, Maknanya Sungguh Mendalam
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com