JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bercerita mengenai sejumlah pihak yang ingin membantunya dalam mengumpulkan dana kampanye pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Salah satunya relawan pendukungnya, Teman Ahok, menyelenggarakan acara fundraising atau pengumpulan dana.
Ahok menceritakan, saat acara itu, ada seorang pengunjung yang bertanya kepada Teman Ahok. Ia menyebut pengunjung itu dengan panggilan "om".
"Si Om bilang, 'Kalian butuh berapa duit sih untuk bantu Ahok buat bayar saksi semua? Mereka (Teman Ahok) bilang, Rp 25 miliar. Langsung Si Om bilang begini, 'Ini kan ada 30 orang, ya sudah Rp 1 miliar, Rp 1 miliar, Rp 1 miliar, setuju enggak? Si Om bilang, 'Ya sudah lo (Ahok) enggak usah keliling lagi, enggak usah bikin acara makan malam, segala macam," kata Ahok menirukan percakapannya dengan si penyumbang dana.
(Baca juga: Ahok dan Komitmen "Cashless")
Ahok menceritakan pengalamannya ini saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com. Kunjungan Ahok ke redaksi ini atas undangan Kompas.com.
Sebelumnya, calon gubernur nomor 1, Agus Harimurti Yudhoyono sudah datang ke redaksi Kompas.com.
Selanjutnya, calon gubernur nomor 3, Anies Baswedan, akan diundang ke redaksi Kompas.com.
Mengetahui adanya orang yang ingin menyumbang dana kampanye dalam jumlah besar, Ahok langsung berdiri dan meminta maaf. Ahok menolak bantuan dari para penyumbang dana.
"Mohon maaf Om, bukannya saya enggak menghargai malam ini. Om harus ingat, Ahok ini bukan calon gubernur, ini Ahok Gubernur DKI lho. Kalau cuma uang Rp 20 miliar-30 miliar, dari properti juga dapat, tetapi ini yang saya tidak mau," kata Ahok seraya menggambarkan penolakannya.
(Baca juga: Ahok: Lurah-lurah di Jakarta Bakal Jadi "Estate Manager")
Ahok bercerita bahwa ia ingin menciptakan partisipasi publik seperti yang dilakukan Presiden Barrack Obama saat Pilpres AS tahun 2008.
Ahok mengatakan, semua orang bersedia menyumbang sebagai partisipasi untuk kampanye Obama. Hal inilah yang ingin Ahok lakukan pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Kalau (strategi) ini berhasil, berarti pilkada serentak 2018 berikutnya, akan banyak Ahok-Ahok lain yang jujur, enggak punya duit (bisa ikut Pilkada dan berhasil jadi kepala daerah). Ini yang mau saya ubah," kata Ahok.
Dia mengaku ingin mengubah konsep politik yang ada. Pemimpin-lah yang dibayar oleh rakyatnya, bukan pemimpin yang membayar rakyat.
Dengan demikian, kata dia, seorang pemimpin akan profesional bekerja untuk membangun sebuah daerah.
Apresiasi Teman Ahok
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.