Karena melintasi kota, maka di beberapa ruas Kali Ciliwung tumbuh kegiatan ekonomi kota, sedangkan di beberapa ruas Kali Angke berkembang kegiatan ekonomi pedesaan.
"Para imigran yang umumnya petani ini biasanya memilih tempat tinggal ataupun tempat kerja yang suasananya mirip atau merujuk ke kampung halaman mereka. Hanya sebagian kecil imigran Tiongkok yang hidup di kota. Mereka umumnya adalah pedagang besar, termasuk pedagang opium, bankir, dan bagian dari birokrat VOC ataupun Hindia Belanda," papar Mona.
Menurut dia, sebelum tahun 1760, Kali Angke lebih banyak dimanfaatkan sebagai alat transportasi, baik untuk mengangkut hasil bumi, kayu, maupun bahan bangunan lainnya. Kala itu tepian Kali Angke jauh lebih ramai ketimbang Kali Ciliwung.
Maklum, perkembangan Kota Batavia berawal dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, lalu meluas ke Jakarta Barat sebelum akhirnya meluas ke Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Riwayat panjang Angke ini terus mewarnai sejarah urban Jakarta hingga hari ini. Banyak cerita yang ditemukan saat Kompas, melalui liputan khusus Jakarta Kota Sungai, menelusuri sungai sarat sejarah ini....
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2016, di halaman 27 dengan judul "Aliran Kemelut Sejarah Kelam Jayakarta".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.