Meski demikian, pengunjung bisa memesan sesuai selera. Seperti siang itu, misalnya, adik pengelola, Apacut (bahasa Aceh yang berarti paman mungil), datang. Ia mengajak ke dapur untuk melihat proses pembuatan mi rebus.
Ia lebih berani memasukkan beragam bumbu mi rebus aceh. Hasilnya memang berbeda, lebih dahsyat. Sangat pas bagi mereka yang suka mi aceh berlimpah bumbu.
"Banyak koki yang tidak berani memasukkan bumbu berlimpah karena khawatir pengunjung kepedasan," kata Apacut. Pilihan ini tidak bisa disalahkan karena juru masak ingin memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
Sebaliknya, selera pelanggan juga sangat beragam. "De gustibus non est dispuntandum", soal selera tidak bisa diperdebatkan, kata orang bijak.
Karena itu, bagi mereka yang menginginkan mi aceh, tetapi kurang suka bumbu dan rempah yang berlimpah, Warung Mi Aceh Bang Iwan di Jalan Setiabudi Barat, Jakarta Selatan, bisa menjadi pilihan. Nasi goreng, martabak, dan mi goreng aceh-nya selektif dalam penggunaan bumbu dan rasa asinnya tak terlalu menyengat.
Demikian pula Warung Mi Aceh Kurnia di Jalan Kebayoran Lama, di persimpangan Rawa Belong, Jakarta Barat, juru masaknya tidak jorjoran mengumbar bumbu demi memenuhi selera pelanggan.
Rasa tipis
Meski sama-sama mengusung nama mi aceh, cita rasa Mi Aceh Pondok Bangladesh yang berlokasi di Jalan Rawa Bambu Nomor 8, Pasar Minggu, Jakarta Selatan agak berbeda. Bumbu pada mi dan nasi gorengnya terasa lebih lembut dan tipis di lidah. Namun, hal itu tidak mengurangi kelezatan hidangannya.
"Untuk menyesuaikan selera pelanggan yang bertambah, sejak 2004 saya tidak lagi menggunakan buah ketapang, lada, dan serai. Dosis kayu manis, bunga lawang, dan kapulaga juga saya kurangi," ungkap Hasnah, pemilik warung mi aceh ini.
Langkah itu dilakukan agar aroma bumbu tidak terlalu menyengat. Pencernaan pun tak terlalu panas menyerap adonan bumbu yang beragam tersebut.
Sekarang tergantung pilihan Anda, mau yang bumbu tipis-tipis atau bumbu menyengat ala Aceh. Tak bisa dipaksa, karena itu tadi. Soal selera tak bisa diperdebatkan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Desember 2016, di halaman 29 dengan judul "Pedasnya "Nano-nano", Sreeeeeng...".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.