Selain itu, menurut dia, menerima keberagaman itulah yang membuat kehidupan antar-umat beragama di Kampung Sawah tetap terjaga selalu rukun.
Nalih mengatakan, jika ada isu SARA yang berhembus, warga kampungnya tidak terpancing hingga terbakar emosi.
"Kalau di sini, isu dari luar berhenti di telinga. Tidak terbakar karena yang berbeda agama juga sesama warga bahkan satu keluarga Kampung Sawah," kata Nalih.
(Baca juga: Ibadah Malam Natal di Polewali Berlangsung Tenang dan Khidmad)
Seorang umat Muslim sesuai menuaikan shalat Isya di Masjid Al Jauhar mengatakan, warga Kampung Sawah sangat bangga dengan identitasnya sebagai warga negara yang toleran sehingga tidak mau terpancing isu yang mengundang gesekan antar umat.
"Kami tidak mau mencoreng nama kampung kami yang sudah dikenal toleran. Biarkanlah yang ribut, kami warga yang bangga dengan keberagaman. Setiap Lebaran dan Natal, rasanya sangat meriah jika bersama-sama begini," kata Alimudin warga Kampung Sawah saat melintas di depan gereja.
Seorang ibu yang memiliki warung kopi di pinggir jalan dekat gereja itu juga berharap keberagaman ini bertahan hingga anak cucu.
"Saya Muslim, mereka Kristen. Ibadah masing-masing, tetapi saat bermasyarakat kita sama-sama, semoga akur terus sampai anak cucu nanti," katanya.
Matheus Nalih mengatakan bahwa akar budaya toleransi dan menerima perbedaan adalah benteng utama warga Kampung Sawah sehingga tidak terpancing isu dari luar.
Dialog lintas agama
Toleransi antar-umat beragama di Kampung Sawah tidak hanya terwujud dalam prosesi peribadatan atau perayaan hari raya.
Warga setempat dan pemuka agama juga kerap menggelar dialog lintas agama yang membahas keragaman budaya dan agama di Kampung Sawah.
Kegiatan itu dijadikan ajang saling mengeluarkan pendapat dan mencari solusi atas permasalahan domestik di sana.
"Ada kegiatan namanya 'ngeriung bareng' untuk mengumpulkan perwakilan tokoh lintas agama dan akademisi. Biasanya membahas komitmen bersama agar Kampung Sawah tetap harmonis," ucap Nalih.
"Melalui giat 'ngeriung bareng' yang kental dengan budaya Betawi itu, dibahas juga masalah dan solusi atas kejadian-kejadian tertentu," lanjut dia.
(Baca juga: Saat Pemuda Muslim Ambon Amankan Ibadah Natal di Gereja...)
Selain "ngeriung bareng", juga ada kegiatan bertema "sedekah bumi" yang digelar setiap tanggal 13 Mei.
Kegiatan itu digelar dengan nuansa adat Betawi yang kental sebagai identitas warga Kampung Sawah. "
Sedekah Bumi Setiap 13 Mei. Momen itu menjadi sistem persaudaraan kami," katanya.
"Keberagaman yang ada di Kampung Sawah sebenarnya bagian kecil dari Indonesia yang memang beragam suku dan agama sejak dahulu," ujar Nalih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.