JAKARTA, KOMPAS.com – Terminal Manggarai telah direvitalisasi. Wajah barunya diklaim oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai percontohan terminal modern.
Citra mengerikan seperti rawan kriminal yang dulu sempat melekat seakan sirna. Kini, tiga tahun sudah setelah terminal tersebut direvitalisasi.
Bagaimana kondisi Terminal Manggarai kini? Sepengamatan Kompas.com, Kamis (19/1/2017), lingkungan terminal tak padat pengunjung.
Dari tiga jalur kendaraan, lintasan ketigalah yang dipenuhi kendaraan. Metromini bernomor 62 jurusan Pasar Minggu-Manggarai terlihat berbaris rapi di lintasan itu.
Di samping jalur itu, tepat di bawah jembatan penghubung terminal, beberapa orang sibuk memainkan ponsel, persis seperti tengah memesan jasa transportasi berbasis aplikasi.
“Manggarai sudah tidak (rawan kriminal) seperti dulu, sekarang kalau mau pesan ojek online, saya bebas saja mengeluarkan ponsel. Tempat nunggunya di sini,” ujar seorang warga, Ayu Rizta (24).
(Baca juga: Nasib Terminal Manggarai yang Modern Itu...)
Mengenai bangunan terminal, Kompas.com mulai menelusuri bagian lobi. Ada beberapa orang yang duduk di lobi tersebut.
Sebagian di antaranya berseragam biru. Mereka adalah staf pengelola Terminal Manggarai.
“Lobi sebenarnya bisa jadi tempat tunggu pengunjung akan tetapi karakter (pengunjung) di sini tidak mau menunggu lama, jadi langsung cari angkutan. Makanya lobi jarang digunakan (oleh mereka) kecuali saat musim hujan,” ujar Kepala Terminal Manggarai Yulza Ramadhoni Putra.
Setelah lobi, perhatian jatuh pada lantai dua. Lantai ini diisi dengan beberapa deret bangku di bagian sudut, toilet, mushala, dan ruang terbuka di belakang yang mirip balkon.
Terdapat wastafel di ruangan yang mirip balkon tersebut. Sayangnya, ketika dicoba, alat ini tidak berfungsi. Keran yang seharusnya mengeluarkan air terlihat karatan karena terkena sinar matahari.
Di lantai ini juga tersedia guiding block--jalur pemandu tuna netra-- dan beberapa stop contact. Akan tetapi, ketika dicoba Kompas.com, semua stop contact di sana tak mengeluarkan listrik.
Secara keseluruhan, bangunan empat lantai itu masih terlihat kokoh. Sayangnya, bangunan terminal terlihat kusam karena lapisan cat sudah mulai pudar.
Lapisan warna tembok di beberapa sudut juga terkelupas. Terakhir, bagian pagar berbahan mika di lantai dua bangunan tampak pecah.
"Kalau perawatan semacam itu, bukan bagian dari tugas kami (pengelola)," ujarnya.
Meski demikian, lingkungan terminal terlihat bersih. Dalam beberapa kali kunjungan, Kompas.com berpapasan dengan petugas kebersihan yang sedang bekerja secara berkala.
Peralatan modern
Bicara soal fasilitas, terminal yang satu ini sudah dilengkapi peralatan modern. Terminal ini sudah dilengkapi eskalator dan lift yang bisa digunakan oleh pengunjung.
Dari tiga eskalator di masing-masing jalur, hanya ruas nomor satu yang terlihat dioperasikan. Sementara itu, mesin dua eskalator lainnya sengaja tidak dihidupkan.
“Bukan tidak berfungsi. Kami hanya menyalakan satu eskalator untuk efisiensi karena di waktu-waktu tertentu, pengunjungnya tidak ramai,” ujar Yulza saat ditemui Kompas.com, Kamis.
Menurut Ramadhoni, pengunjung terminal memang tidak banyak. Maklum, terminal ini bukanlah fasilitas angkutan transportasi antar-provinsi.
"Di sini kan isinya Metromini, Kopaja, dan angkutan kota, jadi tidak seramai terminal yang melayani kebutuhan pengguna untuk antar-provinsi," tambahnya.
Lagi pula, kata Ramadhoni, layanan transportasi dalam terminal sudah jarang penumpang. "Kemajuan zaman dan teknologi bikin orang pilih taxi online dibandingkan angkutan umum," kata dia.
Beberapa pengunjung yang ditemui Kompas.com mengakui bahwa terminal ini cukup nyaman. Fasilitas toilet adalah salah satu yang mereka sebut sebagai kelebihan terminal tersebut.
"Jarang ada terminal dengan toilet bersih seperti di sini," kata Ujang Wahid (32).
(Baca juga: Terminal Manggarai Sudah Bagus, Kemacetan Masih Jadi Hambatan)
Sependapat dengan Ujang, Wahyudin juga menomorsatukan toilet terminal. "Kalau di terminal lain, toilet itu sarangnya preman. Di sini mah aman," ujarnya.
Citra sebagai sarang preman memang pernah lekat. Namun, ketika selesai direvitalisasi, label itu ikut hilang.
"Lihat saja sendiri, orang nyaman berjalan di sini. Tidak ada lagi preman atau kekerasan yang bikin was-was," kata Ramadhoni.
Belum lama ini, kata dia, ada tawuran antarwarga. Sebagai bagian dari pengelola, ia khawatir keadaan itu akan menyebabkan terganggunya operasional terminal. "Syukur, (tawurannya) tidak sampai ke sini," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.