Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2017, 09:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pertanian (Kementan) angkat bicara mengenai keluhan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ahok yang juga berstatus terdakwa dugaan penodaan agama mengeluhkan jorok dan kotornya toilet di Kementan.

Setiap hari Selasa, Ahok menjalani sidang dugaan penodaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian.

"Kami telah cek semua pekerja dan SOP yang ada bahwa pekerjaan telah dipihak-ketigakan, dan selama sidang Ahok, kebersihan dilakukan mulai pukul 05.00, dan pukul 06.00 telah diserahterimakan ke pihak pengadilan," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Henriadi, kepada Kompas.com, Senin (23/1/2017).

Biasanya, ada 2-3 petugas cleaning service dari pihak ketiga yang membersihkan kamar mandi tersebut. Namun, kata dia, selama penyelenggaraan sidang, petugas kebersihan dilarang masuk ke sana. Sementara itu, orang yang menggunakan toilet tersebut selama sidang diperkirakan 500-600 orang.

"Tanpa ada petugas dan tidak terpantau kebersihannya," kata Agung.

Dia mengimbau agar pihak kepolisian mengizinkan petugas cleaning service untuk membersihkan toilet selama penyelenggaraan sidang Ahok.

Selain itu, kata dia, Kementan juga telah menghubungi perusahaan atau pihak ketiga yang menangani kebersihan di sana. Perusahaan itu, kata dia, telah menambah jumlah tenaga kerja mulai dari pembersihan hingga selesai persidangan.

Pihak ketiga, kata Agung, telah melakukan evaluasi kinerja petugas cleaning service dan memastikan ke depannya dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.

Sebelumnya, Ahok mengeluhkan toilet yang jorok di Kementan. Ahok sudah tiga kali menjalani sidang di Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan.

"Toilet di Kementan ampun, toiletnya jorok, kotor. Sehari saya bisa 1-3 kali (buang air besar)," kata Ahok, di dalam acara bedah buku A Man Called Ahok di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/1/2017).

Ahok menceritakan, tiap sebelum menjalani sidang pada hari Selasa, dia bersama anak bungsu, Daud, selalu berdoa. Daud, kata Ahok, selalu mendoakan agar ayahnya tidak sakit perut, terlebih jika sidang berlangsung hingga tengah malam. Di sisi lain, Ahok mengaku hanya makan seperlunya ketika sidang.

"Saya anggap saja seperti kuliah seharian, duduk aja, perhatikan. Kalau ikhlas, terima, syukuri aja, enggak capek. Makanan ala kadar, toilet kotor," kata Ahok.

Baca: Keluhan Ahok soal Toilet Kementan yang Jorok dan Doa Tak Sakit Perut

Kompas TV Lokasi Sidang Ahok Dipindahkan ke Auditorium Kementan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Sidak SDN Malaka Jaya 10 Buntut Gaji Guru Rp 300.000, Heru Budi: Masalah Sudah Diselesaikan

Sidak SDN Malaka Jaya 10 Buntut Gaji Guru Rp 300.000, Heru Budi: Masalah Sudah Diselesaikan

Megapolitan
Kenalkan Mobil Pemadam ke Rayyanza 'Cipung', Damkar DKI: Dia Sempat Syok, tapi 'Happy'

Kenalkan Mobil Pemadam ke Rayyanza "Cipung", Damkar DKI: Dia Sempat Syok, tapi "Happy"

Megapolitan
Ada Proyek Polder, Dishub DKI Imbau Pengendara Hindari Jalan TB Simatupang hingga 15 Desember 2023

Ada Proyek Polder, Dishub DKI Imbau Pengendara Hindari Jalan TB Simatupang hingga 15 Desember 2023

Megapolitan
2 Penipu yang Janjikan Pekerjaan di Kantor Samsat Ternyata Pegawai Pemkot Serang dan Satpol PP

2 Penipu yang Janjikan Pekerjaan di Kantor Samsat Ternyata Pegawai Pemkot Serang dan Satpol PP

Megapolitan
Polisi: Penyebab Lansia yang Tewas di Atap Rumahnya di Manggarai Diduga karena Kelelahan

Polisi: Penyebab Lansia yang Tewas di Atap Rumahnya di Manggarai Diduga karena Kelelahan

Megapolitan
Pemkot Depok Kucurkan Dana Rp 6,8 Miliar untuk Bangun Kantor Kelurahan Curug

Pemkot Depok Kucurkan Dana Rp 6,8 Miliar untuk Bangun Kantor Kelurahan Curug

Megapolitan
Sudah 1,5 Bulan, 3 Pengeroyok yang Tewaskan Pemuda dalam Tawuran di Ciracas Masih Buron

Sudah 1,5 Bulan, 3 Pengeroyok yang Tewaskan Pemuda dalam Tawuran di Ciracas Masih Buron

Megapolitan
'Headway' LRT Jabodebek Kini Berkurang Jadi 18 Menit

"Headway" LRT Jabodebek Kini Berkurang Jadi 18 Menit

Megapolitan
KPU DKI Kesulitan Cari Alternatif Gudang Logistik Pemilu di Mampang dan Kebayoran Lama

KPU DKI Kesulitan Cari Alternatif Gudang Logistik Pemilu di Mampang dan Kebayoran Lama

Megapolitan
Dua Penipu yang Janjikan Pekerjaan di Kantor Samsat Ciledug Serahkan Diri ke Polisi

Dua Penipu yang Janjikan Pekerjaan di Kantor Samsat Ciledug Serahkan Diri ke Polisi

Megapolitan
Kisah di Balik Kebahagiaan Ibnu Pinjamkan Motornya ke Anies Baswedan untuk Kampanye

Kisah di Balik Kebahagiaan Ibnu Pinjamkan Motornya ke Anies Baswedan untuk Kampanye

Megapolitan
DPRD DKI Bakal Panggil Kesbangpol Buntut KPU Kekurangan Gudang Logistik Pemilu 2024

DPRD DKI Bakal Panggil Kesbangpol Buntut KPU Kekurangan Gudang Logistik Pemilu 2024

Megapolitan
Selain SYL, Polisi Juga Periksa Eks Sekjen dan Direktur Kementan Terkait Dugaan Pemerasan oleh Firli

Selain SYL, Polisi Juga Periksa Eks Sekjen dan Direktur Kementan Terkait Dugaan Pemerasan oleh Firli

Megapolitan
Peringkat Jakarta sebagai Kota Global Berada di Posisi ke-74, Heru Budi: Saya Tak Mau Turun Terus

Peringkat Jakarta sebagai Kota Global Berada di Posisi ke-74, Heru Budi: Saya Tak Mau Turun Terus

Megapolitan
Kepsek SDN Malaka Jaya 10 Jaktim Kabur Saat Dimintai Keterangan soal Gaji Guru Honorer Rp 300.000

Kepsek SDN Malaka Jaya 10 Jaktim Kabur Saat Dimintai Keterangan soal Gaji Guru Honorer Rp 300.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com