JAKARTA, KOMPAS.com--Benarkah negeri kita Indonesia luas seperti yang terpahami selama ini? Bentangan wilayah dari Pulau We hingga Merauke dan lebih dari 15 ribu nusa menghampar dalam satu Nusantara. Tentu tak mudah mewadahi pemikiran lebih dari 220 juta penduduknya yang menganut 5 agama resmi dan lebih dari 7000 bahasa, meski diikat satu bahasa persatuan. Itulah kekayaan kita, sekaligus problema kita.
Namun sangat disayangkan apabila pikiran kita tak kunjung meluas. Kearifan adalah ketika kita juga menghargai pendapat orang lain, merenungkannya, melakukan periksa lintas dengan akar rujukan yang dapat dipercaya lalu mengambil sikap. Sebab sesungguhnya perbedaan pendapat adalah rahmat, untuk meningkatkan pengetahuan dan mematangkan pemikiran.
Sana Sini Seni membuka tahun 2017, pada 26 Januari, dengan menggelar perhelatan ke-6 di Perpustakaan MPR RI. Kali ini mengusung tema Padang Luas Negeriku yang merupakan perluasan dari judul antolog puisi Oro-Oro Ombo karya Heryus Saputro Samsudi. Buku puisi ini diluncurkan sekaligus dibahas dan dibacakan sebagian puisinya. Tidak sekadar “Oro-Oro Ombo”, yang dalam makna bahasa Indonesia adalah “padang luas”, tetapi menempatkan padang luas sebagai cakrawala yang harus kita pandang dari sisi kemanusiaan justru jauh lebih penting di hari-hari ini. Mari membuka pikiran dan bertindak tidak untuk kepentingan ego pribadi. Ambil cahaya dan usir kegelapan jiwa kita demi kebaikan bersama.
ORO-ORO OMBO
: Resti
Selepas badai sehabis kabut mencengkeram
menginjeksi serum dingin ke kujur tubuh
di tiap tatih langkah antara
Ayek-Ayek dan Ranu Kumbolo
antara kibar-kibar batang pinus
dan gigil bayang kuntum-kuntum edelweis
menjelang Tanjakan Cinta
senyummu mekar di riap-riap
mendong seluas padang
Oro-Oro Ombo