Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Terjang Agus Yudhoyono pada Pilkada DKI

Kompas.com - 18/02/2017, 14:48 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Agus Harimurti Yudhoyono menjadi pendatang baru di kancah politik nasional. Putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono itu muncul ke panggung politik sebagai calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Agus harus melawan dua tokoh yang sudah lebih dulu mewarnai panggung politik, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Anies Baswedan.

Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga, perolehan suara Agus yang berpasangan dengan Sylviana Murni berada di posisi terbawah dibandingkan perolehan suara Ahok dan Sandiaga.

Tak lama setelah hasil hitung cepat diumumkan, Agus langsung mengakui kekalahannya dan tak dapat melaju hingga putaran kedua.

Meski demikian, tetap menarik melihat perjalanan Agus selama berkompetisi pada Pilkada DKI.

Keluar dari militer

Sebelum menjadi cagub DKI Jakarta, Agus berkiprah di TNI dengan pangkat mayor. Agus dikenal sebagai perwira menengah berprestasi. Banyak pihak yang menyayangkan keputusannya meninggalkan karier di dunia militer.

Agus juga mengaku sulit untuk mengambil keputusan itu. Agus bahkan berbicara terbata saat mengungkapkan keputusannya untuk tidak lagi mengabdi di TNI.

Dia menegaskan, keputusan tersebut diambil tanpa paksaan dan tekanan dari siapa pun. Pada 23 September Agus dan Sylviana resmi mendaftar ke KPU DKI Jakarta.

"Hari ini adalah hari yang panjang dan tidak mudah, tetapi bersejarah dalam perjalanan hidup saya. Tepatnya pukul 01.00 tengah malam saya harus menentukan pilihan dan mengambil keputusan dalam hidup saya yang tidak mudah," ujar Agus dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jumat (23/9/2016) malam.

(Baca: Inilah "Real Count" KPU DKI dan "Quick Count" dari 5 Lembaga Survei)

Dimunculkan poros Cikeas

Nama Agus muncul dalam bursa cagub DKI Jakarta yang digodok poros Cikeas. Poros Cikeas terdiri dari Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN yang akhirnya resmi mengusung Agus dan dipasangkan dengan Sylviana yang merupakan birokrat senior di lingkungan Pemprov DKI.
 
"Iya, baru muncul kira-kira Rabu malam kemarin saat pertemuan di Cikeas," kata Wakil Sekretaris Jenderal PKB, Daniel Johan, Jumat (23/9/2016).

Adapun Wakil Sekretaris Jenderal PPP Arwani Thomafi menuturkan, nama Agus dimunculkan oleh Partai Demokrat. Namun, Arwani membantah bila hanya nama Agus yang dibahas oleh poros Cikeas.

Ada nama lain yang sempat muncul seperti Sandiaga Uno dan Sylviana Murni. Saat ditanya apakah Agus diusulkan oleh SBY, Arwani mengaku tidak tahu.

Pada akhirnya, PPP, PKB, dan PAN bersepakat mengusung Agus sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Masa kampanye

Pada hari pertama kampanye, Agus shalat Jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Setelah itu, dia menemui Imam Masjid Agung Sunda Kelapa.

Selanjutnya, dengan menggunakan istilah bergerilya, Agus mengunjungi masyarakat di sejumlah wilayah di Jakarta dengan gaya tacticool-nya.

Selama masa kampanye, muncul sejumlah survei yang menyatakan elektabilitas Agus ada di posisi paling rendah di banding cagub lainnya.

Namun, pada masa kampanye hingga pertengahan Januari 2017, elektabilitas Agus mulai naik dan mengungguli Ahok serta Anies.

Pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Widjaja, menilai alasan Agus kerap unggul dalam sejumlah survei adalah karena dia memiliki kesempatan lebih besar untuk menaikkan elektabilitas dengan cara mengenalkan diri.

Dibandingkan dengan Ahok dan Anies, kata Yunarto, Agus merupakan calon yang sebelumnya paling tidak dikenal sebelum pendaftaran pilkada.

Naiknya elektabilitas Agus juga dinilai disebabkan oleh menurunnya elektabilitas Ahok akibat kasus dugaan penodaan agama. Selain itu, elektabilitas Agus juga diyakini naik karena latar belakang militer, dan dukungan dari warga Betawi.

(Baca: SBY: Tidak Mungkin Saya Beri Restu kalau Agus Tidak Mampu)

Namun, sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari atau tepatnya setelah debat resmi cagub-cawagub DKI Jakarta pada 10 Januari 2017, elektabilitas Agus terus menurun.

Pada survei Poltracking periode 9 sampai 13 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi adalah 30,25 persen. Pada survei 24-29 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi menjadi 25,75 persen.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha mengatakan, alasan pertama elektabilitas Agus-Sylvi turun adalah efek kejut yang memudar. Alasan kedua berkaitan dengan disebutnya nama Sylviana Murni dalam kasus proyek pembangunan Masjid Al-Fauz di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, dan dana hibah untuk Kwarda Pramuka DKI Jakarta.

Hanta mengatakan, kasus tersebut ikut memengaruhi penurunan elektabilitas pasangan Agus-Sylviana.
 
Kemudian alasan ketiga adalah tentang penampilan Agus-Sylviana dalam debat cagub dan cawagub.

Berdasarkan hasil survei Poltracking Indonesia, penampilan Agus-Sylviana dalam debat dinilai kurang baik.

"Performa debat nomor 1 relatif rendah dilihat dari cara berkomunikasi, penguasaan masalah, dan program," ujar Hanta.

(Baca: Agus: Secara Kesatria dan Lapang Dada, Saya Menerima Kekalahan)

Agus mengakui kekalahan

Usai pemungutan suara pada 15 Februari, lima lembaga survei melakukan hitung cepat perolehan suara Pilkada DKI 2017.

Berdasarkan hasil hitung cepat lima lembaga survei, perolehan suara Agus-Sylviana berada di urutan ketiga, di bawah Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga. Begitu juga dengan hasil "real count" KPU DKI Jakarta di mana perolehan suara Agus-Sylviana paling sedikit dan berada di urutan terbawah.

"Secara kesatria dan lapang dada saya menerima kekalahan saya," kata Agus, di kantor DPP Partai Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2017) malam.

Agus menilai Pilkada DKI 2017 adalah sebuah kompetisi. Menurut dia, dalam setiap kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah.

Agus juga mengucapkan terima kasih kepada relawannya. Dia mengungkapkan alasan selalu menolak membicarakan tentang kekalahan, karena dia memegang prinsip pantang berpikir kalah sebelum perjuangan berakhir.

Kompas TV AHY mengaku menerima apapun hasil yang ada, meski dirinya dinyatakan memiliki suara paling sedikit dibandingkan dua pasangan calon lain
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton 'Baku Hantam Championship'

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton "Baku Hantam Championship"

Megapolitan
Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com