Banyak rekan kerja Diah, terutama yang tinggal di Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan, juga terlambat masuk kerja. "Kacau memang situasi hari ini. Angkutan umum terhambat, yang naik kendaraan pribadi pun macet di tol dan jalan raya," ujarnya.
Gangguan perjalanan KRL membuat ratusan bahkan ribuan penumpang telantar. Di Stasiun Manggarai air masuk ke terowongan untuk pejalan kaki. ?Senior Manager Corporate Communication PT KCJ Eva Chairunissa mengatakan, lintas KRL terputus sejak pukul 06.00. Penyebabnya Stasiun Kampung Bandan, Jakarta Kota, Tebet, Kalideres, dan Rawa Buaya tergenang.
Jadwal transjakarta pun terganggu sampai delapan jam. Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Sigit Widjamoko, gangguan terjadi di tiga koridor, yakni Koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol); Koridor 4 (Pulogadung-Dukuh Atas); dan Koridor 10 (Tanjung Priok-Cililitan). Jalur transjakarta sebagian terendam air.
Penanganan yang sesuai
Antisipasi menyeluruh, mulai dari sistem peringatan dini di semua daerah aliran sungai serta sistem manajemen transportasi publik hingga kesiapsiagaan menangani bencana, masih jadi pekerjaan rumah pemerintah pusat dan DKI.
Selain masalah itu, pengamat perkotaan Nirwono Yoga mengungkapkan, dirinya melihat ada beberapa penyebab banjir Jakarta. Pertama, banjir lokal yang terjadi tidak rata akibat daerah resapan berkurang dan saluran air tidak berfungsi baik.
Kedua, kenaikan permukaan air laut saat pasang bisa memicu rob di pantai utara Jakarta. Ketiga, banjir juga bisa terjadi akibat air kiriman dari daerah hulu yang diguyur hujan deras. Ketiga faktor itu pun bisa terjadi bersamaan dan memicu banjir dahsyat.
Penting bagi pemerintah pusat ataupun DKI, lanjut Nirwono, melakukan beberapa upaya mengatasi tiga tipe banjir itu. Rehabilitasi seluruh saluran air tersier, sekunder, juga primer untuk terhubung dengan baik, bebas sampah dan lumpur, serta tertata jaringan utilitas perlu dilakukan bertahap.
Peran aktif warga pun wajib ditumbuhkan karena banjir tak akan selesai hanya dengan proyek infrastruktur fisik. Perilaku warga, seperti buang sampah pada tempatnya, juga sigap tanggap bencana mesti dipupuk.
"Pemerintah juga perlu menaturalisasi seluruh sungai dan anak sungai," kata Nirwono.
Pembetonan, menurut dia, tak selalu bisa jadi solusi. Tetapi, penataan sungai serta revitalisasi situ dan waduk dengan konstruksi ramah lingkungan akan menjadi jawaban pengendalian banjir jangka panjang. Ya, memang sudah tidak tepat lagi jika kota yang akrab dengan banjir sejak berabad silam ini selalu gagap saat bencana tersebut datang bertandang.
(DEA/IRE/JOG/WIN/HLN/ART/NEL)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Februari 2017, di halaman 1 dengan judul "Ibu Kota yang Tak Juga Siap Menghadapi Banjir".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.