Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yusa Djuyandi
Dosen dan Peneliti

Dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran dan Peneliti Pada Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi)

Mengawal Hasil Pilkada di Tengah Isu Lokalitas dan Etnisitas

Kompas.com - 23/02/2017, 12:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

KOMPAS.com - Pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara serentak di beberapa wilayah dan berjalan dengan aman dan tertib, memberikan citra positif terhadap kedewasaan berpolitik masyarakat Indonesia.

Sebelum proses pemilihan, pihak kepolisian mengungkapkan adanya potensi rawan pilkada di beberapa daerah seperti Aceh, Jakarta, dan Papua. Namun patut disyukuri hingga tahapan pemilihan selesai dan proses perhitungan suara sudah memasuki tahap akhir, potensi kerusuhan tidak tampak.

Bangsa kita pada kenyataannya mampu menyelenggarakan pesta demokrasi dengan aman dan tertib, oleh karena itu hal ini juga menjadi sebuah kebangggan bagi mulai tumbuhnya iklim demokrasi yang positif.

Proses pilkada memang belum selesai seluruhnya karena Komisi Pemilihan Umum di daerah masih belum menetapkan hasil akhir perhitungan suara. Oleh sebab itu potensi konflik antarmassa pendukung masih mungkin terjadi.

Jika ada pihak yang merasa tidak puas dengan hasil pilkada maka mungkin eskalasi politik pilkada di beberapa daerah akan kembali memanas. Tensi pesta demokrasi lokal kali ini memang terasa lebih panas dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini karena masuknya nuansa politik identitas yang terkait dengan sentimen agama maupun etnis.

Untuk mengantisipasi adanya potensi kerusuhan yang mungkin terjadi pada saat penghitungan suara selesai, maka diperlukan adanya peran yang baik dari banyak pihak, termasuk pasangan calon kepala daerah.

Tidak dipungkiri bahwa potensi terjadinya konflik dalam pilkada serentak tahun ini dapat dikatakan lebih besar dari pemilihan presiden sebab melibatkan elit, kelas menengah, hingga akar rumput.

Pilkada tahun ini juga sangat bernuansa lokalitas sebab memunculkan adanya isu maupun sentimen lokal yang terkait dengan etnis, suku maupun agama. Karenanya tidak aneh jika dalam pilkada isu-isu tersebut turut memainkan peran dalam mempengaruhi orientasi pemilih.

Lokalitas dalam pilkada

Munculnya lokalitas dalam pilkada tidak terlepas dari proses otonomi daerah, yang dalam proses ini masyarakat di daerah lebih banyak mendapat prioritas perhatian ketimbang dari apa yang mereka alami di masa Orde Baru.

KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mengikuti debat ketiga calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (10/2/2017). Debat yang terdiri dari enam segmen ini meiliki subtema pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, anti-narkotika, dan kebijakan untuk disabilitas.
Demokratisasi di tingkat lokal yang terwujud dalam pelaksanaan pilkada membuat masyarakat di daerah mendapat peluang untuk merasakan adanya perubahan.

Munculnya sentimen putra daerah atau adanya keyakinan bahwa calon dari kelompoknya akan lebih memperhatikan nasib sesama, mendorong sebagian besar lapisan masyarakat untuk mendukung dan memilih kepala daerah dari kelompoknya.

Karena itu seringkali masyarakat di daerah juga menjadi loyalis sejati dalam menghantarkan calonnya untuk menjadi kepala daerah.

Bentuk loyalitas pemilih inilah yang membuat mereka pada akhirnya mendengarkan apa yang disampaikan oleh kandidatnya. Karena itu, pernyataan dan sikap dari calon terhadap hasil pilkada turut mempengaruhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat di daerah.

Termasuk juga di antaranya ketika ada ketidakpuasan dari calon kepala daerah, sehingga mampu mendorong adanya gerakan massa pendukung.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com