Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tahun Kematian Akseyna dan PR yang Belum Selesai

Kompas.com - 26/03/2017, 08:14 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya selalu berpikir optimis dan berharap apapun kejahatannya dan sebesar apapun yang menutupi, pasti ada titik celah yang terungkap. Dan memang waktu yang menjawab," kata Sus Mardoto kepada Kompas.com, Sabtu (25/3/2017).

Hari ini, dua tahun lalu, yaitu pada 26 Maret 2015, anak semata wayang Mardoto, Akseyna Ahad Dori (19), ditemukan mengapung di Danau Kenanga Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Setiap hari sejak itu, Mardoto tak pernah berhenti berusaha untuk mendorong kepolisian mencari pembunuh anaknya.

Meski baru lima kali ke Jakarta dari Jogja, komunikasi yang dijalin Mardoto dengan penyidik tak pernah putus.

"Yang kami rasakan secara manusiawi memang setiap orang akan menemui kematian. Saya ikhlas dia di sana biar lapang. Yang kami masalahkan kasusnya kok tidak terasa perkembangannya, bukannya bukti-bukti petunjuk di awal sudah banyak ditemukan oleh kepolisian?" kata Mardoto.

Kebuntuan kasus Akseyna bukan terjadi karena kebetulan. Ketika pada 26 Maret 2015 pagi itu jenazah ditemukan, pihak UI dan kepolisian setempat menilai jenazah misterius yang ditemukan itu adalah korban bunuh diri. Lantaran dinilai bunuh diri, danau tersebut dibersihkan dan belakangan setelah diketahui itu adalah Akseyna, kamar kost Akseyna juga dimasuki beberapa orang.

Beberapa hari setelahnya, barulah muncul dugaan Akseyna tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Polisi berlomba dengan waktu untuk mengumpulkan serpihan barang bukti dan petunjuk yang masih utuh tersisa.

Sayangnya, hal-hal yang dapat memberi petunjuk itu kemungkinan besar sudah dikaburkan oleh pelakunya. Polisi pun sulit mengungkap kasus ini.

"Ini menjadi memburamkan penyidikan. Tentunya ini harus dibalas dengan penyidikan yang lebih kuat untuk menebus kesalahan yang di awal," ujar Mardoto.

Mardoto tak menyerah. Ia membuka rumah dan teleponnya bagi siapapun yang bisa memberi informasi tentang kematian putranya. Berbagai kejanggalan yang diketahui Mardoto dilaporkan kepada polisi. Begitu pula kepada pihak Universitas, Mardoto minta dibentuk tim investigasi, namun tidak dituruti dan belakangan malah muncul perdebatan dengan salah satu dosen Akseyna.

Mardoto tak patah arang, ia kembali ke Jakarta beberapa kali untuk mengadukan kasusnya ke Komnas HAM hingga Ombudsman. Ia menggunakan seluruh sumber daya yang ia miliki mulai dari latar belakang militernya, latar belakang akademisi istrinya, dan kemampuan analisa psikologi keluarganya untuk menerka-nerka pembunuh Akseyna.

Saat ini, Mardoto mengaku sudah cukup move on dan tak terlalu meratapi kasus itu. Namun nyala api harapan akan terungkapnya kasus ini tak pernah padam.

"Saya harap pelaku sadar bahwa apa yang dilakukan ada balasan, mungkin tidak dari manusia tapi dari Tuhan. Kami berharap ada keadilan," katanya.

PR Kepolisian

Garis pengamanan polisi (police line) yang bertengger selama dua tahun di kamar kost Akesya, dilintasi oleh keluarga pada Sabtu kemarin lantaran keluarga ingin mengambil barang-barang peninggalan Akseyna. Pihak kepolisian sendiri mengaku sudah tak banyak yang bisa diolah di kamar itu.

Saat ini, penyidikan masih berlangsung dengan mengandalkan analisa terhadap sejumlah dokumen yang telah dikumpulkan. Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengaku kasus Akseyna selalu menjadi pekerjaan rumah terbesar semenjak ia menjabat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Megapolitan
Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Megapolitan
Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Megapolitan
Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Megapolitan
Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Megapolitan
Pesinetron 'Tukang Bubur Naik Haji' Rio Reifan Positif Sabu

Pesinetron "Tukang Bubur Naik Haji" Rio Reifan Positif Sabu

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Megapolitan
Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com