Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Baca Anak-anak Jalanan Itu Menanti Perhatian Pemkot Depok

Kompas.com - 29/03/2017, 07:43 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

TAHUN 2004 sebuah rumah baca untuk anak-anak jalanan didirikan di area Terminal Depok, Jawa Barat. Pendirian rumah baca ini dilatarbelakangi keinginan kuat Agus Kurnia untuk menjadikan anak-anak jalanan lebih berwawasan, meskipun mereka putus sekolah.

Rumah baca itu mendapat tenaga bantuan dari relawan mahasiswa. Tiga bangunan warung berukuran sekitar 5x5 meter digabungkan menjadi tempat baca buat anak-anak. Dalam perkembangannya rumah baca kemudian diberi nama Panter.

Panter merupakan akronim dari Paguyuban Terminal, yakni sebuah komunitas dari para pedagang maupun pekerja informal lainnya yang menggantungkan hidupnya di Terminal Depok.

Agus Kurnia merupakan ketua paguyuban tersebut. Setelah 10 tahun eksis, tahun 2014, rumah baca Panter tergusur karena ada rencana revitalisasi Terminal Depok. Pasca digusur, rumah baca itu kini hanya berupa sebuah gubuk semi permanen yang lokasinya sejajar dengan warung-warung yang ada di area terminal.

Penggusuran menimbulkan dampak negatif terhadap anak-anak jalanan yang dulunya aktif di tempat tersebut. Kini banyak di antara mereka yang kembali ke kehidupan lamanya.

Rumah baca Panter dulunya disebut dapat menampung 72 anak telantar untuk diajarkan membaca, menulis, dan etika. Setelah penggusuran, hanya tersisa 15 anak yang kerap datang setiap Sabtu untuk membaca buku. Kegiatan pembinaan tidak dilanjutkan lagi.

Saat ditemui Kompas.com, Senin (27/3/2017) lalu, Agus memperlihatkan lokasi lahan yang dulu menjadi lokasi berdirinya rumah baca Panter. Kini lokasi itu sudah rata dengan tanah.

"Yang memprihatikankan anak-anak yang sudah kami bina kembali ke habitatnya. Jadi liar kembali. Dulu waktu masih ada terminal, alhamdulillah, pada jinak. Pada punya aktivitas," kata pria yang akrab disapa Abah itu.

Menurut Agus, selama berdiri, banyak prestasi ditorehkan anak-anak jalanan yang beraktivitas di rumah baca Panter. Agus mencontohkan ada anak yang berhasil menjadi juara lomba menyanyi antar anak jalanan se-Jabodetabek. Ada pula yang disebutkan pernah masuk lima besar lomba pencarian bakat anak-anak yang diadakan sebuah stasiun televisi. 

"Banyak yang sudah bisa keluar dari dunia lamanya, dapat kerja, punya penghasilan. Ada yang jadi satpam," kata Agus.

Pihaknya tidak menentang adanya rencana revitalisasi Terminal Depok. Namun, pihaknya berharap ada perhatian pemerintah terhadap nasib rumah baca Panter. Agus punya keinginan agar jajaran Pemerintah Kota Depok mengajak mereka berdiskusi untuk membahas nasib rumah baca Panter.

Sampai saat ini, kata dia, tidak ada jajaran Pemkot Depok yang mengajak mereka berdiskusi untuk membahas nasib rumah baca Panter.

"Kalau memang ke Dinas Pendidikan, ada kesempatan untuk ngobrol kapan? Kalau sekonyong-konyong datang ke sana kan agak bingung saya. Tapi ketika Dinas Pendikan tanpa harus diminta mereka mengetahui, ada rasa ingin mengajak ngobrol kan lebih bagus," kata dia.

Cahyu Cantika Amiranti Sebagian koleksi buku di rumah baca Panter, Depok.
Agus berharap perhatian Pemkot Depok kepada Panter sama seperti perhatian yang diberikan ke sekolah Masjid Terminal. Menurut Agus, Pemkot Depok sudah beberapa kali menemui pengelola sekolah Masjid Terminal (Master) untuk membahas mengenai sekolah tersebut yang juga terkena dampak revitalisasi Terminal Depok.

Agus mengatakan baik sekolah Master maupun rumah baca Panter punya keterkaitan. Keduanya sama-sama berupaya mendidik anak jalanan agar punya bekal menuju kehidupan yang lebih baik. Yang membedakan adalah sekolah Master memiliki pola pengajaran yang mirip sekolah formal.

"Ketika anak yang mau sekolah, kami arahkan ke sana. Tapi ketika anak itu enggak mau sekolah, tapi dia pengen pinter ya belajar di sini," ucap Agus.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin saat dimintai tanggapannya menyatakan, Pemerintah Kota Depok berjanji akan mencarikan lahan pengganti untuk rumah baca Panter. Namun mereka belum bisa memastikan lokasi lahan yang dimaksud. Sebab sampai saat ini Badan Pengelolaan Aset Kota Depok masih menginventarisasi lahan yang bisa digunakan untuk tempat relokasi rumah baca Panter.

"Kan awalnya mereka menggunakan aset terminal. Kalau memang nanti pindah ke mana, tugas di bagian aset mencari lahannya di mana. Kalau kaitan dengan perizinan dan operasioanal memang di kami. Tapi kan tempatnya dulu yangg mesti dicari," kata Thamrin.

Thamrin menjanjikan Dinas Pendidikan akan memberikan perizinan setelah ada kepastian lahan untuk relokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com