Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Tak Ada Kompromi untuk Pencurian

Kompas.com - 02/04/2017, 23:06 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, menanggapi pertanyaan para netizen di jejaring sosial Twitter pada acara program Rosi di Kompas TV pada Minggu (2/4/2017) malam.

Pertanyaan netizen antara lain tentang apakah pasangan itu bisa mengelola Jakarta dengan zero enemy dan bagaimana bersikap terhadap "maling anggaran".

Baca juga: Anies dan Sandiaga Tak Hadir di Acara Debat Kompas TV

Ahok menjawab dengan mengatakan pertanyaan itu sama seperti yang pernah ditanyakan seorang anak TK.

"Pak Ahok, kenapa sih Bapak mesti musuhan sama banyak orang," kata Ahok menirukan pertanyaan sang anak.

Ahok mengatakan sempat bingung bagaimana menjelaskan secara tepat kepada anak TK tersebut. Ia lalu meminta seorang stafnya untuk memutar film animasi anak Finding Nemo guna menjawab pertanyaan anak TK tersebut.

Dalam film tersebut, kata Ahok, Nemo berteriak meminta semua ikan untuk berenang ke bawah. Tapi, ikan yang lain malah berenang ke atas.

Rosiana Silalahi, pemandu acara itu, kemudian bertanya apakah maksud galak dan kerasnya seorang Ahok demi kebaikan.

Ahok membenarkan.

"Iya, jadi kita kadang disalahpahami. Sama kayak Nemo kecil. Akhirnya ketika kita ke arah yang benar, orang yang salah arah, pasti salah paham sama kita. Langsung anak (TK) itu ngerti," ujar Ahok.

Djarot kemudian menimpali dengan menjelaskan bahwa di masa kepemimpinan Ahok-Djarot dibuat sistem e-budgeting. Maka, semuanya transparan dari mulai penyusunan rencana.

"Supaya tidak ada permainan," ujar Djarot.

Rosi bertanya apakah perlu toleransi dengan pihak-pihak yang berseberangan dengan Ahok-Djarot.

Ahok menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, "Kalau curi ya no kompromi."

"Hus, yang aku tanya Pak Djarot," timpal Rosi. Para penonton pun tertawa.

Djarot lalu menjawab dengan mengatakan dirinya paham mengenai parlemen. Djarot melihat ada perbedaan tunjangan antara pegawai di pemerintahan dengan di legislasi.

Menurut Djarot, bisa saja dibuat aturan formal agar anggota legislatif bisa mendapat tunjangan, seperti tunjangan kinerja daerah (TKD) yang diterima pegawai Pemerintah Provinsi DKI, misalnya, menaikkan tunjangan operasional atau rumahnya anggota legislatif.

"Sama seperti TKD. Birokrasi dapat tunjangan tinggi sedangkan di legislasi, (yang) sama-sama melayani, tidak ada," ujar Djarot.

Baca: Djarot Ceritakan Tugas Khususnya yang Didelegasikan Ahok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com