Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu Priambodo

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian INSTRAT.

Menanti Kata Menjadi Kerja

Kompas.com - 21/04/2017, 11:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

Melalui mekanisme ini, tentu ada harapan bahwa langkah yang diambil gubernur nantinya dapat lebih mantab karena memiliki modal sosial yang besar.

Semua langkah yang diambil merupakan cara untuk menjamin bahwa gubernur DKI dapat menjalankan fungsi utama untuk menjaga pusat pemerintahan dan pusat perekonomian NKRI.

Gubernur DKI merupakan elemen amat penting dalam menjaga roda pemerintahan ini bisa berjalan dengan baik. Dengan kewenangan, legitimasi, dan kredibilitasnya semua berharap DKI Jakarta akan terjaga dengan baik.

Namun belakangan ini publik dikecewakan dengan adanya gangguan-gangguan stabilitas yang terus menerus mendera ibu kota. Jutaan orang memenuhi pelosok Ibu Kota dalam satu waktu yang tentu sangat berpotensi menimbulkan keresahan dan ketidakstabilan.

Kita bersyukur bahwa semua kekhawatiran tidak terjadi, namun tetap saja ada potensi gangguan yang tidak bisa dipandang ringan.

Usut punya usut, ternyata sumber keriuhan yang terjadi justru dari Sang Gubernur sendiri. Gubernur yang sejatinya bertugas menjaga stabilitas Ibu Kota malah memancing konflik sektarian yang fatal akibatnya.

Kebiasaan Gubernur mengumbar perkataan penuh kontroversi berujung pada pernyataan yang menyinggung umat beragama lain.

Hasil Pilkada putaran kedua Jakarta seakan membuka sebuah harapan baru bagi warga DKI Jakarta. Ini terbukti dengan munculnya sosok yang merupakan antithesis dari Gubernur Jakarta sebelumnya. Penuh kehati-hatian dalam berkata-kata merupakan keunggulan kompetitif yang segera disambut oleh penduduk Jakarta.

Akan tetapi, warga Jakarta tentu berharap lebih pada sosok gubernur Jakarta daripada sekadar kepandaian bersilat lidah. Setelah menjadi gubernur, Anies Baswedan dituntut untuk dapat membuktikan kata menjadi kerja. Hal yang mungkin dirasa tidak mudah, sebab gubernur sebelumnya telah menetapkan standar kerja yang cukup diapresiasi tinggi.

Anies memang telah membuktikan kinerjanya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Kabinet Indonesia Kerja. Meski hanya berlangsung singkat, namun kinerja Anies diakui oleh lembaga penilai kinerja resmi maupun dari hasil jajak pendapat publik. Seandainya tidak ada Pilkada ini, mungkin Presiden Jokowi tak segan memujinya di muka umum.

Kelihaian Anies mengkombinasikan visi kepemimpinannya dengan pola kerja birokrasi membuahkan hasil. Tanpa banyak keriuhan, Anies berhasil memperbaiki kinerja serta akuntabilitas kementerian yang dikelolanya.

Dia pun berhasil menyelamatkan anggaran negara yang berpotensi hilang akibat salah perhitungan di tingkat daerah. Publik pasti akan berharap Anies dapat mengulangi kembali kinerja baiknya di DKI Jakarta.

Selain itu, publik juga akan menantikan apakah Anies dapat bersinergi dengan Jokowi selaku kepala pemerintahan.

Bagaimana pun juga, Jakarta akan menjadi tempat di mana Jokowi mengejawantahkan Nawacitanya. Beberapa proyek besar yang dijanjikan pemerintah pusat akan direalisasikan di Jakarta. Hubungan ini juga berlaku dua arah.

Pertanyaan sama juga akan diajukan kepada Presiden Jokowi. Apakah Presiden akan legowo mendukung gubernur yang tidak didukung partainya sebagaimana dukungan yang diberikan selama ini terhadap Basuki?

Dengan legitimasi 50% + 1, tentu kita berharap, baik Presiden maupun Gubernur DKI Jakarta, meski berasal dari dua entitas politik berbeda dapat berkolaborasi dengan baik. Keduanya memiliki modal sosial yang besar di mata publik. Tentu publik tidak berharap modal sosial yang besar tersebut hanya dihabiskan untuk memuaskan ego masing-masing.

Di sinilah kita akan melihat kualitas kenegarawanan Presiden dan Gubernur DKI. Gubernur bagaimana pun adalah bawahan Presiden dan wajib membantu Presiden dalam memimpin negara ini.

Ketika Anies dapat menempatkan posisi dengan baik yakinlah bahwa tidak hanya warga DKI Jakarta yang akan memberikan simpatinya pada Anies. Seluruh warga negara Indonesia juga akan memberi apresiasinya sebagaimana yang pernah diterima oleh Jokowi dahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com