Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pebulu Tangkis Legendaris Hariyanto Arbi Baca Puisi Persatuan...

Kompas.com - 21/05/2017, 08:06 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Hariyanto Arbi membacakan puisi yang dibuatnya saat acara "Malam 1000 Cahaya" di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara, Sabtu (20/5/2017) malam.

Puisi itu dibuat Hari, sapaan akrabnya, untuk memaknai Hari Kebangkitan Nasional. Latar belakang puisi Hari bercerita saat ia dan sejumlah pebulu tangkis lainnya sedang berlaga di Hongkong, untuk merebut Piala Thomas tahun 1998.

Namun, saat itu juga terjadi kerusuhan di Jakarta untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soeharto.

Baca: Acara Malam 1000 Cahaya untuk Menjaga Rasa Kebersamaan

Hari menggambarkan kesusahan hatinya ketika harus mengharumkan nama Indonesia dan harus pula memikirkan keluarganya yang tinggal di Jakarta saat kerusuhan berlangsung.

Juara dunia tahun 1995 di Lausanne, Swiss itu mengatakan, isu SARA kian mencekam saat itu  membuat dirinya khawatir dengan keselamatan keluarganya.

Namun, meski hal itu sempat membuat fokusnya terbelah, Hari dan pebulu tangkis lainnya tak patah semangat.

Hari menceritakan, ia dan pebulu tangkis lainnya saling menguatkan dengan cara masing-masing walapun mereka dari asal, agama, atau suku yang berbeda.

Akhirnya, berkat perjuangan dan kerja keras, Hari dan kawan-kawan berhasil mengharumkan Indonesia dengan membawa pulang Piala Thomas.

Berikut puisi yang dibacakan oleh Hari:

Kami juara karena kami berbeda
Saya adalah warga negara Indonesia yang cinta NKRI
Dengan keringat dan air mata kami berbakti

Tidak terhitung kami berjuang mengharumkan negeri
Kami bersenjatakan raket dan keteguhan hati
Piala Thomas adalah bukti

Tahun 1998 kami harus berjuang di luar negeri
Hongkong menjadi saksi
Kami bertarung saat bumi pertiwi bersusah hati
Kerusuhan SARA membara dan membakar Jakarta
Kami berlaga di mancanegara dengan hati duka
Duka lara nestapa sekaligus kecewa

Konsentrasi kami terbagi tak tahu nasib keluarga dan sanak saudara
Di mancanegara kami terus ditanya 'kuli tinta'
mengapa kami tetap setia membela lambang garuda di dada?
Mengapa kami mau tampil habis-habisan menjaga tegaknya Indonesia?
Ya, kenapa semangat dan cinta kami tidak sirna

Sementara saudara di Jakarta menjadi sasaran murka
Kerusuhan SARA benar-benar menjadi derita
Tetapi, demi berkibarnya merah putih kami tetap bertarung bak singa
Tim bulu tangkis Indonesia memang berbeda-beda dan berwarna

Kami berasal dari suku, agama dan budaya dan strata yang tidak sama
Perbedaan tak membuat kami menjadi lemah dan tak berdaya
Tetapi ,dengan kompak dan bersatu Indonesia jauh lebih perkasa

Kami semua berbeda
tapi justru itu lah yang menyatukan
dan menjadi modal kami untuk menjadi juara

Inilah arti sesungguhnya Bhinneka Tunggal Ika
Semangat kami justru semakin menggebu
sekuat garuda bersatu padu untuk terus maju

Semua lawan-lawan kami sapu
Tim Indonesia pun menjadi satu
Kami rebut Piala Thomas sebagai perekat bangsa

Itulah persembahan terbaik para pebulutangkis untuk Indonesia.
Juara Piala Thomas di mancanegara adalah bukti nyata
Kita berjaya karena Pancasila
Kita kuat karena Bhinneka Tunggal Ika


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com