JAKARTA, KOMPAS.com - Usai melaksanakan sahur dan shalat subuh, Muski langsung bersiap-siap dari rumahnya di kawasan Cakung untuk menuju ke Kantor Lurah Pegangsaan.
Muski yang berusia 51 tahun ini merupakan seorang Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang sehari-hari bertugas di sekitar Peganggsaan.
Setelah tiba di Kantor Lurah Pegangsaan, Muski akan mengambil sapu dan perlengkapan lain untuk mulai bekerja.
Ketika ditemui Kompas.com, Muski sedang membersihkan sampah di RPTRA Amir Hamzah, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6/2017).
Sambil menyapu dedaunan yang rontok, Muski bercerita pengalamannya bekerja di bulan Ramadhan.
"Sebenarnya enggak terlalu beda jauh sama hari biasa. Cuma kalau puasa kan agak cepat lelah saja. Tapi kita sudah biasa lah, sudah enggak kaget," ujar Muski.
Muski bekerja selama 8 jam. Setelah pukul 15.00 WIB nanti, Muski sudah bisa pulang ke rumahnya.
"Alhamdulillah, masih bisa buka puasa di rumah sama keluarga," ujar Muski.
Baca: Sandiaga Janjikan Pasukan Oranye Jadi Pegawai BUMD
Di samping Muski, ada Ali Akbar (24) yang juga bertugas membersihkan sampah di RPTRA Amir Hamzah. Ali mengatakan ini sudah tahun ketiganya bertugas sebagai PPSU atau yang dikenal pasukan oranye di bulan Ramadhan ini. Dia sudah terbiasa menyapu sampah sambil menahan lapar saat puasa.
"Kalau masih pagi sih enak ya belum terlalu panas, biasanya nanti pukul 12.00 WIB ke atas, waduh pasti terik banget. Tapi Alhamdulillah belum ada yang batal puasanya," ujar Ali.
Baik Muski dan Ali, menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari ibadah di bulan puasa. Oleh karena itu, mereka merasa tidak terbebani dengan pekerjaan ini. Muski mengatakan pekerjaan mereka juga tidak mengganggu ibadah mereka.
"Kita shalat ya shalat. Kalau mau ngaji di sini juga boleh ngaji. Intinya pekerjaan beres, kerja ini kan juga termasuk ibadah," ujar Muski.
Siap kerja saat lebaran
Setelah satu bulan berpuasa, umat Islam akan merayakan Idul Fitri. Ali mengatakan Pemprov DKI Jakarta biasanya tetap mengerahkan PPSU pada hari H lebaran. Pembagian tugasnya biasanya akan dilakukan beberapa hari menjelang lebaran.
"Kalau boleh milih, saya maunya masuk setelah hari H lebaran saja. Wajar lah mbak, kan mau lebaran sama keluarga, kumpul-kumpul," ujar Ali.
Namun, Ali paham dia harus bersedia jika ditugaskan pada hari H lebaran. Ali mengatakan tidak boleh ada kekosongan PPSU pada hari apa pun.
Hal ini untuk memastikan bahwa Jakarta tetap bersih. Dia pun siap kalau ditugaskan masuk kerja di hari lebaran.
"Kalau memang disuruh masuk pas lebaran ya enggak apa-apa. Ini kan sudah jadi tugas kita. Harus tetap siaga, takut ada keluhan dari masyarakat juga kan, misalnya ada pohon tumbang bagaimana kalau bukan kita yang beresin?" ujar Ali.
Baca: Pasukan Oranye Gali Tanah Bantu Densus 88 Geledah Rumah di Cipayung
Hal yang sama juga dilontarkan Muski. Keinginan Muski untuk berlebaran bersama keluarga lebih besar dari Ali.
Maklum saja, dia merupakan kepala keluarga dari istri dan 6 orang anaknya. Namun, Muski siap jika harus bekerja saat lebaran.
"Ini memang risiko kita kerja. Kita kan bukan pegawai kantor tapi pegawai lapangan. Saya sih melihat ini ibadah, jadi nikmati saja," ujar Muski.
Suka duka bekerja selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri memang ada. Meski harus bekerja di bawah terik matahari selama Ramadhan, Muski dan Ali tetap merasa senang.
Sebab, mereka akan mendapatkan tunjangan hari raya (THR) sebesar satu kali gaji saat lebaran nanti.
"Alhamdulillah kan bisa buat anak dan istri," ujar Muski.