Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Keributan Saat Mediasi dengan "Driver", Ini Penjelasan Grab

Kompas.com - 14/07/2017, 05:59 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengaku tidak mengetahui pasti alasan terjadinya keributan saat mediasi antara manajemen Grab Indonesia dan pengemudi GrabCar yang di-suspend.

Ridzki mengatakan, keributan terjadi setelah para pengemudi GrabCar menolak untuk melakukan mediasi di tempat yang telah disediakan oleh manajemen Grab. Mediasi pun gagal dilakukan.

"Ya mereka yang menolak untuk masuk. Kami sudah sediakan (tempat mediasi), tapi mereka menolak. Kami hanya bisa berspekulasi, kami sudah sediakan tempat dan bagaimana tata cara penyelesaian masalah ini. Mungkin, saya enggak tahu, mereka berkeberatan," ujar Ridzki saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/7/2017).

(Baca juga: Penjelasan Grab Indonesia soal Batalnya Mediasi dengan Pengemudi)

Pada 10 Juli, manajemen Grab Indonesia dan pengemudi GrabCar berencana melakukan mediasi. Pihak Grab menyediakan tempat mediasi di Apartemen Citylofts, Jakarta Pusat.

Namun, setibanya di sana, perwakilan pengemudi menolak melakukan mediasi. Mereka beralasan manajemen Grab hanya memperbolehkan lima orang untuk masuk karena ruangan yang sempit.

Padahal, dalam kesepakatan, harusnya 10 orang perwakilan pengemudi diperbolehkan untuk ikut mediasi.

Pengemudi juga mengatakan, ada pihak manajemen Grab yang melontarkan perkataan kasar.

Terkait hal ini, Ridzki mengaku tak mengetahui adanya pihak manajemen Grab yang melontarkan makian seperti yang disampaikan pengemudi GrabCar itu.

"Saya enggak tahu Mas, tetapi penolakan ada dari mereka. Kami sudah terima dan sediakan lokasi tapi mereka menolak. Enggak ada alasan kami marah karena mereka yang menolak dan mereka berkeberatan," ujar Ridzki.

(Baca juga: Terjadi Keributan antara Pengemudi dan Manajemen Grab Saat Mediasi)

Adapun mediasi dilakukan guna mencari solusi terkait suspend yang dilakukan manajemen Grab Indonesia kepada sejumlah pengemudi GrabCar.

Grab mengatakan bahwa suspend dilakukan karena para pengemudi terindikasi melakukan kecurangan.

Namun, perwakilan pengemudi GrabCar mempertanyakan alasan tersebut dan meminta bukti yang dimaksud pihak Grab Indonesia.

Kompas TV Insentif Batal, Pengemudi Grab Gelar Aksi Mogok dan Demo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com