JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan Joni-Isa yang tinggal di gang di Jalan Gedong Panjang, Tambora, Jakarta Barat, akhirnya memiliki rumah. Rabu (30/8/2017), Lurah Pekojan Tri Prasetyo menyerahkan kunci rumah semi permanen atau bedeng yang terletak di bank sampah.
Joni dipersilakan tinggal di lokasi itu selama bekerja sebagai petugas bank sampah.
"Jadi ini sifatnya tidak permanen, kalau tidak bekerja di bank sampah lagi ya tidak. Soalnya kan ini namanya 'Rumah Jaga Bank Sampah'," kata Tri, di Bank Sampah Pekojan.
Bedeng tersebut terbuat dari papan kayu yang didirikan di bagian dalam bank sampah. Bangunan dicat warna merah dan putih.
(baca: Kisah Keluarga Joni-Isa, Tidur, Mandi, dan Nyuci di Sebuah Gang Sempit)
Di dalamnya tidak terlihat ada perabotan, hanya ada satu jendela kecil. Meski sangat sederhana, bedeng itu masih jauh lebih baik ketimbang kondisi gang tempat tinggal mereka selama bertahun-tahun.
Di gang yang juga jadi akses warga itu, Joni-Isa saling menghidupi. Tidak ada yang tahu bagaimana awalnya Joni, yang berusia 55 tahun itu mulai tinggal di gang. Pria yang disebut sudah memiliki anak sebelumnya itu, tinggal bersama Isa yang kini berusia 30 tahun.
Isa tidak bekerja karena dianggap kurang waras. Sementara Joni bekerja sebagai pengemudi ojek sepeda. Penghasilan Joni pas-pasan, bahkan untuk makan pun sering kali kurang.
Joni-Isa memiliki tiga orang anak, yang tertua berumur delapan tahun dan yang paling kecil berusia empat bulan. Anak-anak Joni-Isa tidak sekolah. Bantuan yang diberikan kerap ditolak.
Hingga akhirnya, video kehidupan keluarga Joni-Isa viral di media sosial. Menurut para tetangga, Joni juga kerap memukuli Isa dan anak-anaknya.
Kementerian Sosial pun turun mengevakuasi Joni-Isa sekeluarga dari gang itu. Mereka dibawa berobat, Isa dipasangi alat kontrasepsi agar tidak hamil lagi, dan mereka tinggal di rumah aman Kemensos selama tiga bulan untuk rehabilitasi dan bimbingan.
(baca: Resmi Menikah, Joni-Isa Dapat Kado Bedeng dari Pak Lurah)
Selama ini, hanya Joni yang tercantum di kartu keluarga. Pria bernama 'Pesek' itu tidak bisa mencatatkan pasangan dan anak-anaknya di sistem kependudukan lantaran belum menikah.
Memang sulit meminta Joni bersedia mengubah hidupnya. Semua pihak dari tetangga, pemerintahan, dan relawan bergerak, 'memaksa' Joni untuk memilih kehidupan yang lebih layak, hingga akhirnya terwujudkan.
Joni-Isa dan anak-anak mereka kini dilarang kembali ke gang. Mereka harus tinggal di rumah baru, bekerja, menyekolahkan anak-anak, dan mendaftarkan diri sebagai penerima jaminan kesehatan.
Joni mengaku senang dengan kondisinya saat ini.
"Saya akan segera ajak istri dan anak saya tinggal di sini," ucap Joni semringah.