Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawa Oleh-oleh Mahal di Luar Negeri, Banyak WNI Coba Hindari Pajak

Kompas.com - 25/09/2017, 15:17 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Salah satu indikator untuk menilai seseorang taat pajak atau tidak adalah dari kesediaannya melaporkan barang bawaan yang dibeli dari luar negeri kepada petugas bea dan cukai di bandara.

Kepala Kantor Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta, Erwin Situmorang menilai, hampir semua WNI yang bepergian dari luar negeri memilih jalur hijau, berarti tidak ada barang bawaan yang harus dilaporkan kepada petugas bea dan cukai, termasuk barang yang nilainya dibebaskan dari bea masuk.

"Hampir 100 persen penumpang yang datang dari luar negeri merasa mereka enggak punya (barang) yang harus diberitahukan. Tapi, berdasarkan profil dan dari x-ray petugas, itu kami tandai penumpang yang dicurigai bawa barang yang seharusnya dilaporkan," kata Erwin saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/9/2017).

Contoh penumpang yang diberi kebebasan memilih jalur hijau atau merah seperti yang didapati di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Baca: Ini Modus Pengusaha Online Shop Hindari Pajak yang Tercium Bea Cukai

Adapun jalur merah adalah kebalikan dari jalur hijau, yakni ketika penumpang membawa barang yang melebihi batas "bebas dari bea masuk" atau barang-barang yang diatur seperti obat-obatan hingga hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Meski sudah diberi kebebasan memilih, petugas bea dan cukai masih mendapati sejumlah penumpang yang berusaha menghindari untuk membayar pajak atas barang bawaan mereka.

"Dari 31.600-an orang per hari, yang kami tegakkan itu sekitar 50-an kasus, kalau dipersentasekan, enggak sampai 0,1 persen. Parahnya lagi, mereka-mereka itu kan yang dari luar negeri, yang sebenarnya orang-orang yang beradalah, kecenderungan mereka itu enggak bayar pajak," tutur Erwin.

Bahkan, dia turut memerhatikan kebiasaan warga negara asing dengan warga negara Indonesia soal ketaatan membayar pajak.

Menurut Erwin, orang asing dari berbagai negara bersikap lebih kooperatif mengenai aturan pajak ketimbang orang Indonesia pada umumnya.

"WNA itu banyak yang patuh, WNI kecenderungan memanfaatkan kondisi yang ada untuk mencari celah," ujar Erwin.

Baca: Beli Tas di Luar Negeri, Bea Cukai Curigai Modus Pengusaha Online Shop

Dia mengimbau, agar di masa depan agar masyarakat Indonesia lebih mencintai produk dalam negeri demi meningkatkan pendapatan untuk negara.

Jika memutuskan membeli barang di luar negeri, maka harus siap membayar pajaknya jika harganya melebihi batasan yang ditentukan, yaitu 250 dolar AS per individu dan 1.000 dolar AS per keluarga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com