Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Gubernur Baru Milik Publik

Kompas.com - 19/10/2017, 12:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

PENULIS meyakini judul dengan ‘tema’ di atas bukanlah yang pertama dan bukan juga satu-satunya. Ada banyak tulisan lepas maupun karya jurnalistik yang mengangkat tema yang hampir sama di pertengahan Oktober 2017 ini.

Keriuhan terjadi karena ada proses pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno.

Beragam perspektif dilontarkan dan analisis dikemukakan, baik yang sifatnya latar belakang, kekinian, hingga proyeksi masa depan menyongsong serangkaian janji yang pernah dilontarkan pasangan ini.

Selain itu pasangan ini merupakan pemimpin daerah yang paling terakhir kali dilantik dari 100 daerah lain yang digelar pada 14 Februari 2017. Dramatisnya, Pilkada ibu kota digelar hingga dua putaran.

Ibarat olimpiade, maka prosesi pelantikan pada tanggal 16 Oktober 2017 adalah Emas Sepakbola yang ditunggu-tunggu dan menjadi pandangan khalayak ramai. Tentu saja semua peristiwa ini merupakan hal lumrah dalam proses demokrasi, sebagai konsekuensi dari kontestasi dan keriuhan politik.

Baca juga: Sehari Jadi Gubernur DKI, Anies Baswedan Dilaporkan ke Polisi karena Kata Pribumi

Lazimnya kontestasi di manapun adanya, kegiatan kampanye pastilah melontarkan janji, bertemu dengan konstituen, membangun koalisi, beradu argumentasi, dan tak jarang menghidupkan negosiasi.

Seluruh rangkaian itu menurut Firmanzah dalam konsep Marketing politik berdasarkan tiga strategi pendekatan, yakni dengan langsung ke konstituen (push), melalui pihak ketiga baik individu maupun kelompok yang memiliki kredibilitas menyampaikan pesan kampanye (pass), dan pembentukan citra politik yang positif melalui media massa (pull).

Hafied Cangara dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam konteks aktivitas politik, political marketing dimaksudkan untuk menyebarluaskan infomasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik (komunikator).

Caranya melalui saluran-saluran tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu, dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap, dan perilaku calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi.

Baik Hafidz maupun Firmanzah memandang bahwa kandidat politik sebagai sebuah produk marketing atau komoditas yang dijajakan di pasar politik.

Maka pada akhirnya, kita bisa menyaksikan di dalam seluruh proses kampanye Anies Sandi ada sumber daya besar yang dikeluarkan, baik tenaga maupun finansial.

Tercatat, secara keseluruhan, total penerimaan dana kampanye Anies-Sandi dari putaran pertama dan kedua sebesar Rp 82,8 miliar, dengan pengeluaran sebesar Rp 82,6 miliar. Angka yang muncul karena pendekatan marketing yang dominan.

Penulis tegaskan konsep ini memandang pemilih/konstituen sebagai konsumen dan kandidat sebagai product/produsen pesan, yang bertemu di pasar politik (pemilihan).

Baca juga: Anies-Sandi Habiskan Rp 17,9 Miliar pada Kampanye Putaran Kedua

Mengubah paradigma

Perlu disadari oleh seorang kandidat politik bahwa cara menang (how to win) dalam sebuah kontestasi pemilihan dengan cara mengelola pemerintahan (how to govern) pasca-pemilihan tidaklah sama.

Bisa jadi di masa kampanye seorang kandidat akan lebih banyak menerapkan pendekatan marketing politik, namun selepas memperoleh kemenangan akan jauh lebih tepat jika dia menggunakan pendekatan political public relations. Yakni melakukan proses transisi perpindahan (shifting) cara pandang dari konstituen dan pemilih (voters) menjadi entitas publik dan khalayak.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan naik bus transjakarta menuju Halte Mampang Prapatan, Selasa (17/10/2017). KOMPAS.com/JESSI CARINA Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan naik bus transjakarta menuju Halte Mampang Prapatan, Selasa (17/10/2017).
Kampanye sudah lama usai, fase ini secara gradual berubah di tanggal 16 Oktober 2017 saat Anis Sandi telah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana negara. Sejak saat itu sejatinya pendekatan marketing politik tidak lagi relevan dan menjadi sandaran dominan mengisi hari-hari kerja kedua pejabat ini.

Ihwalnya, Anies-Sandi saat ini secara faktual harus menunaikan janji kampanye bagi para pemilihnya dengan jumlah 3.240.987 (57,96 persen), juga meyakinkan yang bukan pemilihnya atau para pemilih Ahok-Djarot 2.350.366 (42,04 persen).

Juga, warga yang terdaftar sebagai pemilih tetap (DPT) namun tidak mau memilih sebesar 22,9 persen dan warga yang belum punya hak pilih sekitar 2,4 juta jiwa. Merekalah warga Jakarta sesungguhnya, publik yang sebenarnya.

Baca juga : Ini Hasil Rekapitulasi Suara Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta

Jika merujuk pada konfigurasi di atas, maka sudah sepantasnya mereka secara sadar menjalankan pemerintahan dan mentransformasi kebijakan lewat pendekatan berorientasi publik, bukan sekadar konstituen.

Atas dasar itu juga, setidaknya kita memandang kata ‘Pribumi’ dalam konteks pidato politik Anies Baswedan pasca pelantikan dapat lebih proporsional dan relasional. Ini perlu, karena kita menyadari bahwa pembelahan politik akibat pilkada DKI sedemikian dalam dan relatif laten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com