Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Pelangi di Jakarta, Tinggalkan Kesan Kumuh dan Bebas Asap Rokok

Kompas.com - 30/10/2017, 17:29 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Salah satu permukiman warga di bantaran kali, Kampung Penas Tanggul, di Jalan Pancawarga 30, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, punya aturan sendiri soal kawasan berwarna-warni dan bebas rokok.

Sejak pertengahan Maret 2017, tampilan kampung tersebut mulai berubah. Secara bertahap, rumah-rumah penduduk di sana diperbaiki dan dipercantik dengan sentuhan warna yang berbeda-beda.

Seorang anggota karang taruna, Nobby Sail (23), yang juga Ketua Tim Penggerak Kampung Warna-Warni Tanpa Rokok Penas Tanggul menjelaskan, dia bersama warga ingin menjaga kebersihan dan memperindah kampungnya yang berada di bantaran sungai.

Selain menambah kenyamanan warga, dia berharap kampung tersebut bisa menginspirasi warga di kampung lainnya untuk mengubah kesan kumuh.

"Awalnya kami itu studi banding ke kampung warna-warni di Jogja dan belajar analisa social tobaco control. Setelah pulang, kami share ke warga dan warga sepakat menerapkan di kampung kami," kata Nobby, saat ditemui di Kampung Warna-Warni Tanpa Rokok Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Senin (30/10/2017).

Usai bermusyawarah dengan warga dan didapat kesepakaran, pada pertengahan Maret 2017 rumah-rumah warga mulai dirapikan dan di cat warna-warni.

Mulanya, kata Nobby, untuk mengecat rumah, setiap warga patungan Rp 20.000 per rumah. Dana yang terkumpul saat itu sekitar Rp 2 juta dan kemudian digunakan untuk mengecat tembok serta pagar dan jembatan akses masuk kampung tersebut.

"Setelah itu, kami juga pakai uangnya buat bikin proposal, buat dapatin sponsor dari perusahaan yang ada di sekitar sini. Kami juga galang dana dari bazaar yang kami buat di sini," kata Nobby.

Baca juga : Setelah Kampung Warna-warni dan Tridi, Kini Ada Kampung Biru Arema

Ada sekitar 100 rumah di kampung tersebut, 70 rumah di antaranya sudah dicat warna-warni dan lainnya belum dicat karena keterbatasan biaya.

Menurut dia, biaya pengecatan rumah tidak akan lagi membebani warga sehingga tim penggalang dana akan mencari sponsor dan menjual pakaian bekas.

Sementara itu, soal kampung bebas rokok, Nobby mengatakan aturan itu sudah disepakati hampir seluruh warga Kampung Penas Tanggul. Larangan merokok dibuat agar kampung lebih ramah anak dan ramah perempuan.

"Jadi di rumah-rumah ada stikernya. Dilarang merokok di dalam dan teras rumah. Hampir semua rumah sudah pasang stiker, artinya mereka setuju soal aturan yang dibuat bersama-sama," kata dia.

Nobby menjelaskan, warga dilarang merokok di dalam dan teras rumah. Namun, masih diperbolehkan merokok di luar rumah. Akan tetapi, ada waktu-waktu yang memang tidak diperkenankan untuk merokok, seperti saat rapat warga dan pengajian.

Rencana lainnya, kata Nobby, akan dibuat tempat khusus merokok di kampungnya agar tidak ada lagi warga yang merokok di luar tempat merokok tersebut.

"Untuk rokok, masih banyak pro dan kontra. Tapi kami sebagai tim, anggap ini adalah proses. Kami juga masih berjalan setengah tahun. Secara bertahap pastinya dan kami anggap ini sebagai proses belajar," ujar Nobby.

Kompas TV Ada sekitar 10 kota di Indonesia yang punya kampung warna-warni yang instagramable banget.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com