JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga etalase kaca berukuran 2x0,5 meter diletakkan menyiku di sisi kanan Masjid Fatahillah, Balai Kota DKI Jakarta. Berpasang-pasang sepatu milik jamaah masjid berjejer rapi di sana.
Sepatu-sepatu yang berjajar di etalase itu tampak kinclong. Di sela-sela etalase tersebut, terlihat dua orang pria yang tengah memangku sepatu sambil terus menyikat dan menyemirnya.
Namanya Samani dan Suwardi.
"Sebentar ya, Pak. Sepatunya masih digosok," ujar Samani saat salah satu pelanggannya hendak mengambil sepatu yang sedang disemirnya, Selasa (12/12/2017).
Pelanggan Samani dan Suwardi tentu merupakan para pegawai negeri sipil (PNS) dan karyawan Balai Kota. Sepatu-sepatu disemir saat para pemiliknya menjalankan salat.
Puluhan sepatu telah mereka semir siang itu. Padahal waktu salat Dzuhur sangat singkat, tak sampai satu jam. Gerakan tangan mereka begitu cekatan, seperti sudah sangat terbiasa menyemir sepatu.
Mereka pun hapal sepatu pelanggannya, sehingga saat pelanggan mendekati etalase, Samani dan Suwardi langsung menyodorkan sepasang sepatu dari deretan puluhan pasang sepatu lainnya.
Menyemir sepatu hanya pekerjaan sampingan saja. Pekerjaan utama mereka sebagai pengurus Masjid Fatahillah atau disebut marbut.
"Kami sebetulnya adalah marbut. Sudah lama kerja di sini, sejak zaman Pak Wiyogo (mantan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto). Dulu belum ada masjid ini, masih mushala, tetapi kami sudah nyemir sepatu saat itu," cerita Samani.
Wiyogo merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992. Samani dan Suwardi mulai bekerja di Balai Kota pada akhir pemerintahan Wiyogo atau pada tahun 1992.
Dalam sehari, Samani dan Suwardi mengaku dapat meraup untung sebesar Rp 200.000.
"Itu hasilnya dibagi berdua. Sekali semir biasanya orang ngasih Rp 3.000, atau seikhlasnya yang ngasih saja ke kita sih," tutur Suwardi melanjutkan cerita Samani.
Ingin semir sepatu Sandiaga
Lama menjadi tukang semir di Masjid Fatahillah tentu membuat Samani dan Suwardi kerap bertemu dengan pejabat DKI. Namun ternyata tak banyak pejabat yang menggunakan jasanya.
"Enggak banyak sepatu pejabat yang pernah saya gosok sepatunya. Soalnya kalau mau salat, mereka keluar dari gedung Blok G dan sudah pakai sandal," ujar Samani.
Meski demikian, ia mengaku pernah menyemir sepatu milik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Saat itu, tak ada yang meminta mereka menyemir sepatu orang nomor 1 DKI tersebut.
"Kami inisiatif saja nyemir sepatu, terus Pak Anies senang. Yang bayar ajudannya waktu itu," kata Samani.
Meski pernah menyemir sepatu Anies, Samani dan Suwardi mengaku tak pernah menyemir sepatu Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Mereka mengaku ingin menyemir sepatu Sandiaga.
"Gimana kita mau nyemir ya, Pak Sandi kalau ke sini pakainya sandal. Kalau pakai sepatu pun sepatu olah raga, gimana kami bisa nyemir, pengin juga sih nyemir sepatu Pak Sandi," kelakar Samani diiringi tawa Suwardi.
Sambil bercerita, Samani dan Suwardi tak berhenti bekerja. Menggosok dan menyemir sepatu hingga bersih. "Tuh kinclong kan, Ndan ..." kata Samani pada seorang pelanggannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.