Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semrawutnya Kota Tua yang Dipenuhi PKL

Kompas.com - 01/01/2018, 19:26 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Di hari libur terakhir tahun baru 2018, masyarakat berbondong-bondong berwisata ke Kota Tua, Senin (1/1/2018).

Membeludaknya pengunjung ini otomatis membuat Kota kawasan Kota Tua semrawut. Dimulai dari akses keluar Stasiun Jakarta Kota yang bersebelahan dengan Gedung BNI atau Jalan Lada.

Penumpang kereta kesulitan keluar karena macet saat berjalan kaki. Pedagang kaki lima (PKL) tumpah ruah dari area depan stasiun. Pejalan kaki kesulitan menerobos gerobak-gerobak dan lapak pedagang di trotoar maupun pinggir jalan.

Akhirnya, pejalan kaki terpaksa berjalan di lajur paling kiri. Namun lajur itu sendiri juga masih sulit digunakan berjalan sebab banyak motor dan mobil yang berusaha menembus kemacetan.

Menyeberang ke sisi sebelahnya untuk masuk ke Taman Fatahillah, pedagang jauh lebih banyak lagi.

Baca juga : Malam Tahun Baru, Pengunjung Kota Tua Jakarta Mencapai 100.000 Orang

Sampah berserakan di Taman Fatahillah, Kota Tua, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Sampah berserakan di Taman Fatahillah, Kota Tua, Senin (1/1/2018).

Tak hanya memenuhi trotoar, pedagang beraneka ragam kuliner dan aksesoris ini sampai tumpah ruah ke jalan, memakan dua ruas jalan. Pejalan kaki lagi-lagi harus saling serobot dengan motor untuk menggunakan jalan.

Bagi pejalan kaki yang tetap ingin berjalan di trotoar, siap-siap berhenti tiap dua langkah sebab harus mencari celah di antara PKL dan pembelinya. Dari tujuh lajur, hanya tiga yang bisa dilintas kendaraan. Sisanya untuk berjualan PKL.

Di sisi lain Kota Tua yakni di Jalan Pintu Besar Utara atau deretan Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia, lalu lintas tak kalah semrawutnya.

Baca juga : PKL Lokbin Kota Intan: Kenapa di Luar Banyak yang Dagang? Pak Sandi Harus Bertindak

Pedagang kaki lima (PKL) memenuhi trotoar di depan Museum Bank Mandiri di Jalan Pintu Besar Utara, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Pedagang kaki lima (PKL) memenuhi trotoar di depan Museum Bank Mandiri di Jalan Pintu Besar Utara, Senin (1/1/2018).

Perjalanan bus transjakarta dan kendaraan lainnya juga terhambat karena harus bergantian dengan pejalan kaki yang ingin menyeberang.

Di sepanjang trotoar ini, pejalan kaki sulit melintas karena PKL memenuhi trotoar. Trotoar sama sekali tak bisa dilintasi sebab sebagian besar dari PKL yang berjualan nasi goreng dan mie ayam ini, menggelar terpal untuk lesehan pembelinya.

Tak hanya menyerobot jalur pejalan kaki, kegiatan pedagang ini juga menyunbang sampah. Limbah para pedagang ini menjejali sudut jalan. Sementara di jalan, kendaraan saling serobot dan membunyikan klakson tak henti-henti.

Fahrial, salah seorang pengunjung dari Tangerang mengeluhkan kondisi ini. Ia mengatakan seharusnya pedagang ditertibkan.

"Kalau pedagang satu-dua mungkin enggak apa-apa. Tapi kalau sudah nutupin begini sampai susah lewat ya enggak bisa lah harus ditertibkan," ujarnya.

Kompas TV Penataan Tanah Abang dengan menempatkan pedagang kaki lima di jalan mendapat sorotan dari Polda Metro Jaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com