Pantang menyerah
Setelah membuat kaki palsu untuk seorang ibu di rumah sakit, Ali kemudian mencoba membuat kaki palsu untuk warga sekitar. Dia membuatnya dengan ukuran sesuai permintaan dan tetap dengan alat seadanya.
"Orang-orang di sekitar sini yang penderita cacat dan punya kaki palsu saya tawarkan buat servis kaki palsunya gratis, enggak bayar. Dari situ saya melihat banyak model dan bahan pembuatan kaki palsu," tutur dia.
Tak disangka, niat Ali menawarkan servis gratis kaki palsu ini disambut baik oleh kaum difabel tersebut. Ali mengatakan, mereka cocok dan menyukai kaki palsu buatannya.
"Nah dari situ akhirnya saya diceritakan sama mereka, bagaimana awalnya kalau mau bikin kaki atau tangan palsu, ternyata harus diukur dulu, digips dulu. Habis itu saya mulai bikin lima kaki palsu, tiga ukurannya pas, dua enggak. Ya enggak masalah namanya juga masih belajar," papar Ali.
Kegagalan dan kesalahan dalam membuat kaki palsu nyatanya menuntun Ali untuk terus mengasah dan mengembangkan kemampuannya.
Hingga pada suatu hari, sebuah yayasan yang tengah membangun madrasah di dekat tempat tinggalnya mencari orang-orang dengan usaha kreatif.
Ali dan yayasan tersebut pun akhirnya bertemu. Menurut penuturan Ali, pengelola yayasan itu pun langsung tertarik dengan usahanya membuat kaki, tangan, dan jari palsu.
"Nah saya kan ketemu sama Yayasan Al-Azhar ini dan mereka minta saya buat mendata kaum difabel yang kehilangan kaki di sekitar rumah saya dan membuatkan 10 kaki palsu untuk mereka," kenang Ali.
Dari sana, kemudian banyak perusahaan yang menggunakan jasa pembuatan kaki dan tangan palsu Ali untuk program corporate social responsibility (CSR) mereka.
Padahal, ketika itu Ali berencana kembali ke dunia periklanan. Namun, rencana itu dia urungkan dan dia mengambil saham dalam perusahaannya untuk dijadikan modal mendirikan Sanggar Organ Prosthetic.
Diremehkan
Seiring dengan berjalannya waktu, tidak banyak perusahaan yang melakukan CSR dan menyewa jasa pembuatan kaki, tangan, dan jari palsu Ali.
Selayaknya wirausahawan, Ali pun mencoba cara lain dengan membawa proposal-proposal ke lembaga pemerintahan terkait dan juga rumah sakit untuk bekerja sama dalam penyediaan kaki, tangan, dan jari palsu.
"Saya kasih proposal ke lembaga-lembaga pelat kuning tapi mereka nggak ada yang mau kerja sama. Saya dibilang minta-minta lah, enggak ada lulusan sarjananya, enggak ada badan usahanya lah, ya begitu-begitu alasannya," ungkap dia.
Baca juga : Hari Kasih Sayang dan Kaki Palsu untuk Siti