Tembok setinggi tiga meter yang berada di bagian depan rumah menjadi alasan mengapa warga tak lagi sering memanfaatkan rumah tersebut.
"Buat warga malah kurang (memanfaatkan) karena mereka untuk jalannya agak susah," kata Wahyudi.
Baca juga : Jika Terpilih, Sandiaga Ingin Bangun Museum Benyamin Sueb
Tembok itu, kata Wahyudi, telah berdiri sejak 2015 silam. Ia mengatakan lahan, di balik tembok itu kini difungsikan sebagai lahan parkir. Padahal, sebelumnya lahan itu dapat diakses bebas oleh warga.
Wahyudi selaku perwakilan warga dan keluarga sebelumnya juga sudah meminta akses kepada pemilik lahan. "Kita minta jalan dua meter saja enggak dikasih buat warga," katanya.
Ia juga mengaku sudah menempuh jalur birokratif, mulai dari kelurahan hingga provinsi, tetapi hasilnya nihil. "Kita sudah usaha mati-matian, apa boleh buat kita ikhlaskan saja," ujar Wahyudi.
Akibatnya, tak banyak warga yang mengetahui bahwa sosok sekaliber Benyamin dilahirkan di tempat itu.
Tak banyak pula orang yang mencari tahu lokasi kelahiran Benyamin. "Paling keluarga atau media-media saja yang ingin meliput," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.