Berbagi
Pengalaman serupa juga dialami Ernov, petani di Blok A Rusunawa Marunda.
Ia menuturkan, hasil panennya selalu habis diborong penghuni sebelum dijual ke pasaran.
"Kami mah akhirnya jual di sini-sini saja, Mas. Ini tanam cabai dan bawang paling yang beli, ya, ibu-ibu di sekitar sini saja buat masak sehari-hari," kata Ernov.
Baca juga: Supermarket dan Hotel Mulai Lirik Hasil Urban Farming di Kelurahan Cempaka Putih Timur
Ia mengatakan, sulit bagi petani di Rusunawa Marunda untuk menjual hasil panennya ke pasar. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya lokasi rusun dari pusat keramaian dan pasar.
Akibatnya, hasil panen mereka hanya dijual di lingkungan rusun.
"Yah hitung-hitung berbagi saja dengan sesama warga di sini," ujarnya.
Uang dari penjualan hasil panen Sarip dan Ernov biasanya hanya cukup untuk melakukan pembibitan ulang.
Baca juga: Urban Farming di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Hasilnya Bikin Adem Ayem
Oleh sebab itu, kegiatan bertani hanya menjadi pekerjaan sampingan untuk keduanya.
Rusunawa Marunda sebelumnya menjadi salah satu rusun yang dikenal dengan kegiatan pertanian.
Pada 2014, Kelompok Tani Rusun Marunda diklaim mampu meraup keuntungan sebesar hingga belasan juta rupiah per bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.