Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bikin Kartu Identitas Anak Aja Begini Susahnya, Enggak Manusiawi"

Kompas.com - 03/04/2018, 12:02 WIB
Stanly Ravel,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan warga padati Kelurahan Tengah, Kecamat Kramat Jati, Jakarta Timur, memadati Ruang Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Dahlia. Mereka datang untuk membuat Kartu Identitas Anak (KIA).

Antrean panjang dari para warga yang didominasi ibu-ibu rumah tangga mulai mengular dari pintu masuk RPTRA hingga aula gedung. Bahkan ratusan sepeda motor juga memadati sepanjang jalan memasuki RPTRA.

Kondisi yang semrawut, serta antrean yang tak kunjung selesai membuat para ibu-ibu kesal dan geram dengan layanan penbuatan KIA yang diadakan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Jakarta Timur

"Ya Allah, bikin KIA aja sampai begini nyusahinnya. Dari setengah 6 pagi antre enggak kelar-kelar, masak belum ini anak nangis melulu, ya gusti," ucap Yuni salah satu warga Kelurahan Tengah yang mengantrea KIA bersama dua orang anaknya kepada Kompas.com, Selasa (4/4/2018).

Baca juga : Genjot Kepemilikan KIA, Pemegang Kartu Identitas Anak Dapat Diskon

Hal senada juga ditutarkan Tini. Menurutnya antrean pembuatan KIA sudah tidak manusiawi.

"Liat sendiri dong mas, ini sudah enggak manusiawi. Panas ngantre panjang begini, anak nangis-nangis, semuanya mau cepat tapi lama ngurusnya," ucap Tina.

Baca juga : Di Jakpus, Pembuatan Kartu Identitas Anak Akan Bisa Dilayani di RPTRA

Ribuan warga kesal mengantre pendaftaran KIA di RPTRA Dahlia, Kelurahan Tengah, Jakarta Timur, Selasa (3/3/2018)Stanly Ravel Ribuan warga kesal mengantre pendaftaran KIA di RPTRA Dahlia, Kelurahan Tengah, Jakarta Timur, Selasa (3/3/2018)

Menurutnya, saat awal dia datang sekitar pukul 06.30 antrean sudah ramai. Paniti pun menggunakan nomor antrean. Namun, karena layanan pengurusan lama, warga kesal. Mereka langsung mengerubungi panitia secara berbondong-bobdong.

"Ini kan warga kita banyak, kenapa harus dibikin satu hari semua, jadinya yah numpuk enggak karu-karuan begini. Harusnya dibikin dong bergilir tiap RW," kata Tina.

Baca juga : Kartu Identitas Anak Sasar 250.000 Anak di Kabupaten Semarang

Tidak hanya Tina dan Yuni, Ria yang sudah mengantre sejak pukul 07.00 malah justru belum bisa mendaftar lantaran ada persyratan yang kurang.

"Sosialisasinya enggak jelas, kita enggak dibilangin harus bawa apa saja. Sudah antre panjang sampai depan suruh lengkapin berkas dulu, apa enggak kesel tuh mas," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Tengah Diyah Waryanti, mengakui bahwa layanan antrean pendaftaran KIA ini memang sudah tidak manusiawi.

"Iya lah mas ini sudah tidak manusiawi. Sebelumnya saya sudah bilang kepada pihak Dukcapil abar tidak dibuat sehari, tapi ternyata tetap begini," katanya.

"Saya jadi serba salah, kasian lihat warga tapi harus tetap jalan layananya. Apalagi yang bawa-bawa anak begini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com