Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Gempa Palu: Anak Saya Telepon, Nangis-nangis Minta Saya Pulang...

Kompas.com - 03/10/2018, 14:59 WIB
Cynthia Lova,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


MAKASSAR, KOMPAS.com - Setelah bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, para pendatang berlomba-lomba meninggalkan kota tersebut untuk pulang ke wilayah asalnya masing-masing.

Mereka khawatir akan gempa susulan yang akan menimpa mereka dan mencari tempat yang aman.

Posko bantuan Palu di Lapangan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin tampak ramai dengan korban gempa-tsunami Palu yang ingin pulang ke daerah asal masing-masing.

Para korban tidur berjejer di lantai depan kantor Angkatan Udara dengan beralaskan tikar, menunggu kedatangan pesawat Hercules agar bisa menumpang kembali ke tempat asal.

Baca juga: Bantu Korban Gempa di Sulteng, Wali Kota Batam Galang Dana di Jalan

Ada yang masih berusia anak-anak, dewasa, hingga orangtua. Siti Aisyah (43), ibu dua anak ini mengaku sudah tidak sabar untuk pulang ke rumahnya di Jember.

“Saya sudah enggak sabar pulang, anak-anak saya sudah teleponin saya, nangis-nangis minta saya cepat pulang,” ucap Siti Aisyah, di Lapangan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, Rabu (3/10/2018).

Dia merasa kondisi di Palu sudah tidak kondusif lagi sehingga memilih untuk pulang ke Jember.

“Sampai di sini malam kemarin pukul 09.00 Wita, lalu saat ini kami menunggu datangnya pesawat Hercules jemput kami,” ucap Siti.

Di Lanud Sultan Hasanuddin, Siti bersyukur bisa mendapatkan fasilitas air bersih untuk berbagai keperluan. Sebab, setelah gempa dan tsunami, dirinya kesulitan memperoleh air bersih. 

Baca juga: Jenazah Mahasiswi Korban Gempa Palu Disambut Isak Tangis Keluarga di Mamasa

“Selama gempa-tsunami itu sudah empat hari saya enggak mandi karena air kan susah ya di sana, bisanya cuma cuci muka saja saya, namun akhirnya mandi juga saya di sini (Lanud),” ucap Siti.

Zaenudin (23), korban bencana ini bersyukur karena telah sampai di Posko Lapangan Udara Sultan Hasanuddin. Pria asal Malang itu bisa memperoleh makanan di posko.

“Akhirnya saya tidak kelaparan, pas saya di Palu saya nahan lapar, kalau makan ya beli pop mie sendiri, mau beli minum harganya sudah Rp 10.000, tidak seperti biasanya,” ucap Zaenudin.

Rina (30), korban lain yang berasal dari Jakarta, masih trauma dengan bencana gempa dan tsunami ini.

Rina menyaksikan bagaimana tsunami menerjang dan memakan korban.

“Saya saat itu lagi di rumah sakit antar kakak saya yang sedang hamil ke Rumah Sakit Palu, lalu tiba-tiba saja air meluap sangat besar dan saya melihat motor-motor terlempar terbawa arus,” ucap Rina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com