Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Ketua DPR Anggap Penting Jadikan Gempa Sulteng Bencana Nasional

Kompas.com - 03/10/2018, 21:06 WIB
Cynthia Lova,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengunjungi korban gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018).

Dalam kunjungannya, Fadli kembali menyinggung status kebencanaan Sulawesi Tengah yang belum ditetapkan sebagai bencana nasional oleh pemerintah.

Ia mengatakan, pemerintah seharusnya menjadikan gempa dan tsunami Palu sebagai bencana nasional karena masih banyaknya jumlah korban yang belum diketahui.

Baca juga: Sudah 1.234 Orang Tewas, Kenapa Gempa Sulteng Tak Jadi Bencana Nasional?

"Menurut saya dengan skala bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah ini bisa menjadi bencana nasional, karena ini masih cukup besar jumlah korbannya dan masih banyak korban yang belum dievakuasi," ujar Fadli saat ditemui di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Sulawesi Tengah, Rabu.

Ia mengatakan, status bencana nasional penting untuk membuka bantuan luar negeri.

Menurut dia, korban gempa masih membutuhkan pasokan makanan, air bersih, listrik, dan bahan bakar.

Baca juga: Luhut: Gempa dan Tsunami di Sulteng Tak Ditetapkan Bencana Nasional

"Jadi saya kira status bencana nasional itu cukup penting, apalagi kita harus membuka diri pada dunia internasional untuk memberikan uluran tangan, baik dalam bentuk materi atau pun barang," kata dia.  

Selain itu, ia mengingatkan pentingnya pendataan untuk mengetahui kebutuhan mendesak para korban gempa. 

Fadli juga berharap masih ada korban selamat yang dapat dievakuasi dari reruntuhan akibat gempa Palu

Baca juga: Luhut: Penanganan Bencana di Sulteng Sudah Lebih dari Bencana Nasional

"Ini kita sebenarnya tahapannya survive ya, semoga masih ada warga-warga yang masih selamat dari puing-puing tersebut ya," ucap Fadli.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10/2018).KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah tidak menetapkan status bencana nasional untuk gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Alasannya, pemerintahan di wilayah Sulawesi Tengah masih berjalan. Kondisi ini berbeda dengan situasi yang terjadi saat bencana yang sama terjadi di Aceh pada 2004.

Baca juga: Alasan Pemerintah Tak Tetapkan Gempa-Tsunami Palu sebagai Bencana Nasional

"Kalau ditetapkan bencana nasional itu salah satu sebabnya kayak di Aceh kalau pemerintahnya lumpuh. Di sana (Palu) gubernur masih ada, bupati masih ada, (pemerintahan) masih jalan," kata Kalla, yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), di Kantor PMI, Jakarta Pusat, Minggu (30/9/2018).

Sebelumnya, gempa bermagnitudo 7,4 melanda sejumlah kawasan Sulawesi Tengah, Jumat (28/10/2018) pukul 17.02 Wita.

Akibat gempa tersebut, BNPB mencatat, hingga Rabu pukul 13.00 Wita, ada 1.407 orang meninggal dunia dan 2.459 orang luka berat.

Baca juga: Luhut: Untung Gempa Lombok Tidak Dijadikan Bencana Nasional

Selain itu, dilaporkan sebanyak 113 orang hilang, 152 orang tertimbun, dan 65.733 rumah rusak berat. Selain itu, tercatat 70.821 warga yang terdampak gempa dan tsunami mengungsi di 141 titik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Megapolitan
Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Megapolitan
Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Megapolitan
Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Megapolitan
Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Megapolitan
Pesinetron 'Tukang Bubur Naik Haji' Rio Reifan Positif Sabu

Pesinetron "Tukang Bubur Naik Haji" Rio Reifan Positif Sabu

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Megapolitan
Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com