Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yanuar, Petugas Damkar Palu, Peringatannya Sempat Tak Dipercaya

Kompas.com - 04/10/2018, 21:36 WIB
Cynthia Lova,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 7,4 yang disertai tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, masih menyisakan trauma mendalam bagi korban selamat.

Tak terkecuali untuk Yanuar, petugas pemadam kebakaran yang selamat dari bencana tersebut.

Yanuar merupakan salah seorang petugas pemadam kebakaran Palu yang bertugas di Festival Pesona Palu Nomoni, Pantai Anjungan Nusantara, Kota Palu.

Ia merasakan dan menyaksikan betul bagaimana gempa dan tsunami mengguncang Kota Palu. 

Ditemui sejumlah awak media saat mengevakuasi korban di reruntuhan Perumnas Balaroa, Yanuar mengatakan, petugas damkar saat itu tengah membentuk panitia keamanan di lapangan dekat pinggir pantai pada Jumat (28/9/2018), pukul 16.00 Wita.

"Guncangan pertama itu sekitar pukul 16.00, air masih belum naik, masih biasa-biasa saja," ucap Yanuar, di Perumahan Nasional Jalan Balaroa, Kamis (4/10/2018).

Disangka hoaks

Menjelang adzan maghrib berkumandang, air langsung naik ke pinggir pantai dengan sangat cepat.

"Pas saya lihat air naik, saya langsung bilang ke masyarakat dan petugas penjaga lainnya untuk lari karena air sudah tinggi, tetapi mereka masih ada yang bertahan, bertahan di tempat festival," ujarnya. 

Namun, peringatan Yanuar saat itu dihiraukan tim penjagaan. 

Bahkan, peringatannya sempat disangka hoaks. 

"Saya sudah bilang ke mereka, 'ayo lari air sudah mulai naik, sudah mau tsunami'. Tapi malah mereka malah bilang ke saya, 'Mas jangan menyebar hoaks'," ucap Yanuar.

Meski demikian, Yanuar tetap meminta warga lari menjauh dari pantai. Beberapa saat kemudian, peringatan tsunami datang dari pangkalan TNI AL. 

Saat guncangan kedua, tsunami mulai naik ke bagian festival di Anjungan Nusantara. Yanuar terus berlari menyelamatkan diri. 

Kemudian, ia melihat ada anak tetangga yang berlari seorang diri.

"Saya gandeng saja, tak bawa lari bareng," ujar dia. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com