Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asian Para Games, Fasilitas di GBK Disebut Belum Ramah Disabilitas

Kompas.com - 08/10/2018, 16:51 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksesibilitas di arena Gelora Bung Karno (GBK) selama pagelaran Asian Para Games 2018 disebut masih belum ramah disabilitas.

Ketua Federasi Penyandang Cacat untuk Indonesia Mahmud Fasa menuturkan, aksesibilitas di arena GBK berupa pembuatan ramp hanya berfungsi bagi kaum disabilitas yang memakai kursi roda.

Ramp adalah fitur pengganti tangga yang biasanya digunakan lansia atau penyandang disabilitas untuk naik ke tempat yang lebih tinggi atau saat akan naik ke transportasi umum seperti kereta dan bus.

Baca juga: Penyandang Disabilitas Kecewa atas Pelayanan Volunter Asian Para Games

Mahmud berpendapat panitia penyelenggara Asian Para Games 2018 atau Inapgoc dan pengelola GBK belum memerhatikan pengunjung disabilitas yang memakai tongkat dan kaki palsu.

"GBK belum ramah disabilitas. Terbukti dari banyak venue yang belum ramah bagi kaum disabilitas yang memakai tongkat atau kaki palsu," ujar Mahmud kepada Kompas.com, Senin (8/10/2018).

Mahmud mengatakan, kaum disabilitas yang memakai kaki palsu kesulitan masuk ke dalam venue pertandingan di GBK serta menyaksikan upacara pembukaan Asian Para Games, Sabtu (6/10/2018) lalu.

Baca juga: Dukung Asian Para Games, Grab Sediakan 500 Kendaraan untuk Penyandang Disabilitas

"Ramp itu kan enggak bisa dilewati kalau pakai kaki palsu. Kalau lewat tangga pun bakal capek," kata Mahmud.

"Orang biasa saja kalau naik tangga setinggi itu juga akan capek dan ngos-ngosan. Ada beberapa teman saya bahkan sampai lecet kakinya karena harus naik tangga saat nonton upacara pembukaan Sabtu lalu," sambungnya.

Kendati demikian, Mahmud mengapresiasi Inapgoc dan pemerintah yang mampu menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018.

Baca juga: Pembukaan Asian Para Games, Jokowi Memanah Bareng Penyandang Disabilitas Cilik

Ia berharap Inapgoc masih mau terus memperbaiki kekurangan pada venue pertandingan.

"Semoga suara kami didengar. Saya tetap mengapresiasi kok, tetapi bukan berarti enggak ada yang harus diperbaiki. Harus segera diperbaiki dari segi aksesibilitas dan pelayanannya demi nama baik Indonesia juga," kata Mahmud.

Seperti diketahui, pergelaran Asian Para Games 2018 digelar pada 6-13 Oktober 2018.

Baca juga: Asian Para Games, Penyandang Disabilitas Cilik Mencari Jokowi di SUGBK

Pesta olahraga ini diikuti sekitar 3.000 atlet dan ofisial dari 43 negara peserta dengan melibatkan 8.000 relawan, 5.000 pekerja lapangan, dan diliput 800 media dari dalam dan luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com