Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pemilik Switch Auto pada Kasus Peluru Nyasar ke Gedung DPR?

Kompas.com - 23/10/2018, 08:43 WIB
Sherly Puspita,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilik perangkat tambahan bernama switch auto pada senjata api yang digunakan tersangka penembak peluru nyasar ke Gedung DPR RI pada Senin (15/10/2018) lalu masih belum diketahui. Perangkat itu telah membuat senjata yang digunakan tersangka bisa melontarkan enam peluru dalam satu kali tembakan.

Pada rekonstruksi yang digelar Jumat lalu, polisi menghadirkan seorang saksi bernama Hadi Sugiardjo. Menurut keterangan polisi, Hadi adalah petugas lapangan atau caddy yang menawarkan switch auto kepada salah satu tersangka bernama Imam Aziz Wijayanto.

Dalam adegan-adegan rekonstruksi Hadi tampak memasangkan switch auto ke senjata api jenis Glock 17 yang disewa tersangka.

Baca juga: Rekonstruksi Menguak 5 Fakta Baru dalam Kasus Peluru Nyasar DPR RI

Alhasil, senjata yang semula berjenis semi-automatic tersebut berubah menjadi senjata automatic yang dapat menembakkan peluru secara bertubi-tubi hanya dalam sekali tekan pelatuk.

Tersangka yang kaget tak sengaja mengarahkan tembakannya ke atas dan peluru-peluru pun  menembus ruangan di lantai 6, 9, 10, 13, 16 Gedung DPRD serta mengenai kaca lantai 20.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, tindakan menawarkan switch auto petugas lapangan tersebut melanggar aturan.

"Dari organisasi kami, Perbakin itu pelanggaran. Aturannya tidak boleh senjata otomatis digunakan untuk olah raga," kata Setyo di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Pusat, Jumat.

Polisi kemudian kembali melakukan pemeriksaan terhadap Hadi untuk memastikan apakah perbuatan Hadi mengandung unsur pidana.

Pengakuan Hadi

Kasubdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Sapta Maulana mengatakan, kepada polisi Hadi mengaku menemukan switch auto itu beberapa hari sebelum kejadian peluru nyasar.

"Dia (Hadi) tidak ingat harinya, tapi dia mengaku menemukan perangkat itu beberapa hari sebelum kejadian di sekitar lapangan tembak. Jadi pengakuannya perangkat itu bukan miliknya," ujar Sapta di Mapolda Metro Jaya, Senin kemarin.

Baca juga: Saran Ketua DPR agar Tak Ada Lagi Peluru Nyasar ke Gedung DPR

Sapta melanjutkan, Hadi mengaku sempat mengumumkan penemuan switch auto itu kepada pengunjung lapangan tembak tetapi tak ada yang mengaku sebagai pemilik. Hadi kemudian menyimpan switch auto tersebut.

"Nah barulah ketika tersangka latihan Hadi menawarkannya untuk mencoba switch auto. Pengakuannya baru ditawarkan kepada tersangka saja, namun akan terus kami dalami," lanjut dia.

Menurut Sapta, meski hanya menawarkan switch auto, petugas lapangan tersebut tetap melanggar aturan.

Meski demikian hingga saat ini status petugas itu hingga saat ini bukan tersangka.

Hingga saat ini polisi telah memeriksa 10 orang saksi. Saksi terakhir berinisial Y yang juga petugas lapangan yang berada di lokasi saat kejadian.

"Kami juga akan memeriksa berbagai pihak termasuk pihak Perbakin untuk membuat terang kasus ini," ujar Sapta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com