JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam balutan kaos oranye dan celana pendek, Budi Cahyono (47) tengah bersantai di sebuah tenda yang didirikan di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (7/11/2018).
Sebuah spanduk bertuliskan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) terpampang di depan tenda berwarna putih tersebut.
Budi bersama belasan rekannya yang tergabung dalam POSSI merupakan salah satu kelompok relawan yang diterjunkan dalam mencari penumpang pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang.
Baca juga: Hindari Dekompresi, Polri Imbau Penyelam Terapi Hiperbarik
Kepada wartawan, Budi menceritakan motivasi yang membuatnya rela meninggalkan pekerjaan demi mencari para korban.
"Kami punya keahlian diving dan kami dibutuhkan ya. Kami sebagai manusia rasa kemanusiaannya muncul kan. Jadi, ya kami turun di mana saja kami punya waktu," kata Budi.
Budi menuturkan, relawan dari POSSI umumnya mesti meninggalkan pekerjaan demi mengikuti proses pencarian korban. Termasuk Budi yang bekerja sebagai pemandu wisata.
Setiap malamnya, para anggota POSSI juga berkoordinasi supaya selalu ada penyelam yang bertugas.
"Jadi di-rolling lah. Setiap malam di-list siapa saja yang bisa karena ada juga yang bekerja kantoran cuma bisa Sabtu dan Minggu," katanya.
Meskipun sudah menggeluti olahraga selam sejak lama, penyelaman dengan tujuan SAR (Search and Rescue) merupakan hal baru bagi Budi.
Baca juga: Menhub Sebut Penyelam yang Tewas Saat Cari Korban Lion Air adalah Pahlawan Aviasi
Jatuhnya pesawat Polri di perairan Batam pada Desember 2016 adalah pengalaman pertamanya menyelam untuk tujuan SAR.
Budi mengaku saat itu dirinya sempat tercekat ketika menemukan jenazah korban jatuhnya pesawat di dalam air. Namun, lama-kelamaan ia semakin terbiasa.
"Ya ngeri-ngeri juga. Pertama ngeri, ya memberanikan diri dan karena sudah bawaan yang harus kami lakukan, ya kami lakukan. Demi kemanusiaan kami jadi berani, kami ambil," ujar dia.
Budi menambahkan, dirinya juga punya trik supaya tetap tenang ketika menemukan jenazah dengan kondisi yang mengenaskan.
"Kalau saya sih kalau liat di situ berusaha tenang dulu, ambil napas pelan-pelan, sudah tenang, baru kami lakukan sesuatu. Jadi jangan langsung begitu," katanya.
Baca juga: Kepala Basarnas: Endapan Lumpur Sulitkan Pencarian CVR
Ia menyebut, sebaiknya para penyelam juga harus menguatkan mental sebelum menceburkan diri ke laut. Sebab, masalah bisa timbul bila penyelam merasa panik di bawah laut.
Selain itu, peralatan selam yang digunakan dalam SAR juga harus lebih komplet dibandingkan penyelaman dengan tujuan rekreasi.
Budi mengingatkan, para penyelam juga mesti saling menjaga karena medan di bawah laut yang bisa dibilang berbahaya.
"Tidak boleh berjauhan, kalau bisa bersampingan agar sesama diver bisa saling melihat, jangan sampai terpisah," ujar dia.
Baca juga: Serpihan Kokpit Lion Air JT 610 Akan Diangkat Hari Ini
Sudah seminggu lebih, Budi dan kawan-kawannya bergantian menyelam demi menemukan korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.
Atas nama kemanusiaan, mereka rela meninggalkan segala kenyamanan di daratan demi berjibaku di derasnya bawah air dan gelapnya dasar laut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.