Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambil Menangis, Orangtua Ceritakan Anaknya yang Tewas Diserang Orang Gangguan Jiwa

Kompas.com - 04/01/2019, 12:25 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendatangi kediaman bayi dua tahun yang dianiaya dan dilempar hingga meninggal oleh tetangganya yang mengalami gangguan jiwa.

Saat didatangi, kediaman korban yang berlokasi di Gang Naserih, Jalan Buah, Pekayon, Pasar Rebo, tampak ayah dan ibu korban masih trauma dengan kejadian yang terjadi.

Wajah keduanya terlihat masih sembap dan terus berlinang air mata saat menceritakan kejadian yang menimpa anak semata wayangnya, Adriayana Claresia Putri, pada Selasa (1/1/2019) lalu.

Baca juga: Bayi 2 Tahun Tewas Setelah Dilempar oleh Pria dengan Gangguan Jiwa

"Saya waktu itu lagi di ruang tamu sama anak, anak lagi main saya lagi ngerajut. Pas saya ke toilet lima menit balik sudah enggak ada. Ternyata anak saya sudah diseret dibawa ke samping gang dipukulin. Saya lihat anak saya sudah tepar," ujar Julia, sang ibu sambil berlinang air mata kepada komisioner KPAI Jasra Putra, Jumat (4/1/2019).

Saat hendak menyelamatkan anaknya, Julia diancam oleh pelaku dengan menggunakan parang.

"Akhirnya saya lari minta tolong tetangga. Pas balik ternyata anak saya sudah dilempar dari atas pagar ke bawah. Tingginya sekitar dua meter," ungkapnya terisak.

Padahal, menurut Julia, saat itu pagar rumahnya sudah dalam kondisi terkunci.

Namun, pelaku yang bernama Darmawan dan mengalami gangguan jiwa itu bisa menerobos pagarnya.

"Itu sudah dikunci, diselot, tapi dia masuk menyeret anak saya," lanjutnya.

Ayah korban, Zichamudin, kemudian menunjukkan lokasi anaknya dilempar oleh pelaku.

Lokasi tersebut berada tepat di perbatasan rumahnya dengan lahan kosong yang dibatasi pagar dengan tinggi sekitar 140 sentimeter.

Seperti Julia, Zichamudin pun tak kuasa menahan tangis terbayang kondisi anaknya yang dianiaya.

"Saya enggak (kuat) membayangkan anak saya dilempar. Ibaratnya anak saya kayak ayam," ujarnya sembari menyeka air mata.

Baca juga: Mengaku Gangguan Jiwa, Penyerang Polsek Penjaringan Ternyata Waras

Pelaku sendiri merupakan tetangga yang tinggal dengan jarak 300 meter dari rumah korban.

"Rumahnya di belakang sini. Memang kadang mengamuk, tapi baru kali ini kejadian ada anak diperlakukan seperti anak saya," tutur Zichamudin.

Jasra mengungkapkan, berdasarkan catatan KPAI, kasus ini merupakan yang pertama kalinya.

"Ini kejadian pertama kali dalam catatan KPAI, kasus seperti ini. Orang gila yang menyeret anak dilempar, itu luar biasa," kata dia.

Ia berharap pemerintah bisa serius menangani masalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

"Oleh sebab itu kami berharap Pemprov, RT, RW serius untuk mendata, memastikan bahwa ODGJ ini harus terehabilitasi secara baik sehingga anak-anak juga terlindungi," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com