Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Kerang Hijau dari Teluk Jakarta dan Nasib Nelayan

Kompas.com - 26/02/2019, 08:55 WIB
Nursita Sari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Etty Riani menyampaikan, ikan dan kerang di Teluk Jakarta berbahaya untuk dikonsumsi. Pasalnya, banyak senyawa beracun dan berbahaya di Teluk Jakarta yang dapat merusak kerang dan ikan.

Orang yang mengonsumsi ikan dan kerang dari Teluk Jakarta akan rentan terjangkit penyakit.

"Orang yang mengonsumsi ikan dari Teluk Jakarta rentan terhadap kanker dan penyakit degeneratif, seperti gagal ginjal," kata Etty seperti dikutip The Jakarta Post.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni membenarkan pernyataan Etty. Bahkan, Dinas KPKP sudah merilis bahayanya kerang hijau dari Teluk Jakarta sejak 2006.

Baca juga: Kerang Hijau dari Teluk Jakarta Beracun, Tak Layak Dikonsumsi

"Kalau kerang hijau bukan baru diteliti, 2006 juga sudah saya ekspose bahwa itu tidak layak konsumsi," ujar Darjamuni, Senin (25/2/2019) kemarin.

Berbeda dengan kerang hijau, Darjamuni masih mempertanyakan seberapa bahaya ikan dari Teluk Jakarta. Sebab, ikan biasanya hidup lebih dinamis dengan berpindah dari satu perairan ke perairan yang lain. Darjamuni akan meminta data penelitian soal ikan di Teluk Jakarta itu kepada Etty.

Logam dan zat pewarna non-pangan 

Darjamuni menyampaikan, kerang hijau mengandung logam berat. Alasannya, kerang hijau merupakan biota laut yang diam dan menyaring segala zat di sekitarnya.

"Kerang itu kan diam, enggak bisa berenang, enggak bisa kabur. Jadi, kerang ngisap aja makanan, itu yang membuatnya terakumulasi logam yang begitu tinggi," kata dia.

Selain logam, banyak kerang hijau dari Teluk Jakarta yang diolah dan diberi zat pewarna non-makanan. Zat pewarna memperparah bahaya kerang hijau itu.

"Selain udah memang logam beratnya tinggi, juga kadang-kadang diwarnai dengan warna yang tidak untuk dimakan," ujar Darjamuni.

Kepala Suku Dinas KPKP Jakarta Utara Rita Nirmala mengatakan, beberapa zat berbahaya yang terkandung dalam kerang hijau di Teluk Jakarta antara lain timbal dan air raksa.

Hal itu disebabkan karakteristik kerang hijau yang hidup di dasar laut dan selalu menerima atau menyaring zat di sekitarnya.

"Menyaring apa pun yang dia lewati untuk masuk ke dalam tubuhnya. Jadi, terakumulasi itu logam berat. Namanya logam berat kan pasti ke bawah. Jadi itu terakumulasi ke daging kerangnya itu," kata Rita.

Kotoran kulit kerang hijau di Kampung Kerang Ijo, Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (30/11/2018).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D Kotoran kulit kerang hijau di Kampung Kerang Ijo, Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (30/11/2018).

Sulit cegah penjualan kerang hijau 

Dinas KPKP DKI Jakarta kesulitan mencegah penjualan kerang hijau dari Teluk Jakarta, meskipun itu berbahaya.

Menurut Darjamuni, Dinas KPKP sudah merencanakan sejumlah cara untuk melarang penjualan kerang hijau dari Teluk Jakarta.

Dinas KPKP pernah merencanakan relokasi nelayan kerang hijau di Teluk Jakarta ke Panimbang, Pandeglang, Banten. Perairan di Panimbang dinilai lebih bersih untuk budi daya kerang hijau.

Baca juga: Pemprov DKI Kesulitan Cegah Penjualan Kerang Hijau dari Teluk Jakarta

Dinas KPKP bahkan menjanjikan akan membeli semua kerang hijau hasil budi daya nelayan di Panimbang.

Namun, nelayan Teluk Jakarta memiliki banyak permintaan yang tidak bisa dipenuhi Pemprov DKI, seperti meminta dibuatkan rumah. Rencana relokasi pun akhirnya batal.

Dinas KPKP sudah bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk mengalihkan pekerjaan nelayan kerang hijau Teluk Jakarta.

Banyak nelayan kerang hijau yang sudah beralih pekerjaan. Namun, alih pekerjaan juga tidak menghentikan budi daya dan penjualan kerang hijau Teluk Jakarta.

Banyak generasi berikutnya yang kembali membudidayakan kerang hijau di Teluk Jakarta karena tak perlu modal dan nilai penjualannya tinggi.

"Kita agak sulit karena kerang hijau masih mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga waktu itu harus relokasi, alih profesi, itu yang belum berhasil," ujar Darjamuni.

Rita Nirmala menyebutkan, pihaknya tak bisa menertibkan perdagangan kerang hijau asal Teluk Jakarta karena belum ada larangan penjualan kerang hijau dari Kementerian Kesehatan atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Kami enggak bisa kan langsung melarang mereka enggak jualan. Kecuali kalau memang ada pelarangan, dan yang menetapkan itu kan Kemenkes atau KLHK," kata Rita.

Jual kerang hijau hingga ke Sukabumi 

Menurut Darjamuni, kerang hijau dari Teluk Jakarta dijual hingga ke Sukabumi, Jawa Barat.

Penjualan kerang hijau hingga ke luar Jakarta mulai marak setelah Dinas KPKP meminta warga Jakarta tidak membeli dan mengonsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta.

"Ke konsumen sudah kami umumkan melalui radio, TV, koran, tetapi tetap saja, sekarang sasaran luar Jakarta. Ada yang sampai ke Sukabumi dijualnya," kata dia.

Darjamuni mengimbau warga untuk tidak mengonsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta.

Dinas KPKP mulai menyosialisasikan imbauan agar warga tak mengonsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta lewat berbagai media setelah kesulitan mencegah budi daya dan penjualan kerang Teluk Jakarta.

"Kami tetap sosialisasi, jangan mengonsumsi kerang hijau Teluk Jakarta," kata Darjamuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com