Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Dukuh Atas Dinilai Bukan Contoh Integrasi Antarmoda yang Ideal

Kompas.com - 22/04/2019, 19:52 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Darmaningtyas menyebutkan, kawasan Dukuh Atas di Jakarta Pusat yang didengung-dengungkan sebagai simpul integrasi antarmoda masih jauh dari ideal.

Darmaningtyas menilai, saat ini di Dukuh Atas baru dibangun prasarana beberapa moda transportasi yang sebatas berdekatan satu sama lain.

"Yang ada di situ itu baru pembangunan prasarana yang berdekatan, tapi belum saling terintegrasi. Karena kalau turun dari busway lalu mau naik KRL, MRT, atau kereta bandara itu kalau orang yang baru datang di Jakarta pasti bingung," kata Darmaningtyas, Selasa (22/4/2019).

"Jadi... pembangunan prasarananya lengkap di situ. Tapi tidak saling terintegrasi, kalau kita ngomong terintegrasi, belum," sambung dia.

Baca juga: Integrasi KA Bandara-MRT di Dukuh Atas, Penumpang Repot Tenteng Koper

Menurut Darmaningtyas, sistem integrasi antarmoda yang sesungguhnya tidak membuat penumpang mesti keluar dari satu stasiun/halte untuk kemudian mencapai stasiun/halte lainnya. Sistem pembayaran juga dijadikan satu, sehingga penumpang hanya perlu sekali tap in di titik berangkat meskipun nantinya berganti moda.

Menurut dia, hal tersebut belum terlihat di Dukuh Atas, di mana setiap moda masih terpisah satu sama lain dan cuma disambung dengan Terowongan Kendal yang fungsinya tak lebih dari sekadar jalur pedestrian.

"Memang menyambungkan KRL, KA Bandara, dan MRT. Tapi itu pun kita harus keluar dulu dari stasiun. Mestinya kan di bawah Kendal itu langsung terowongannya diperpanjang, bersambungan ke stasiun MRT atau busway," papar Darmaningtyas.

"Mestinya langsung, dibangunkan jalan tembus dari busway ke KRL, misalnya. Kayak MRT dan busway di Bundaran HI begitu. Harusnya begitu," tambah dia.

Ia mencontohkan Singapura yang telah mampu membangun sistem integrasi antarmoda yang ideal.

"Di Singapura itu kalau kita turun dari Stasiun Batumerah kalau enggak salah, terus ke Little India, itu di situ sudah ada bis berderet-deret," katanya.

Kawasan Dukuh Atas rencananya akan menjadi simpul pertemuan enam moda transportasi massal, yakni MRT, LRT Jakarta dan Jabodebek, commuter line, railink bandara, serta Transjakarta.  LRT Jakarta dan LRT Jabodebek belum beroperasi di Dukuh Atah, ditargetkan akan terwujud pada 2021. Namun empat moda transportasi lainnya saat ini sudah beroperasi dan singgah di Dukuh Atas.

Baca juga: 2021, MRT Terintegrasi LRT Jabodebek di Dukuh Atas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com