Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Kisah Bocah Karim Berangkat Sekolah Sendiri Sejak Subuh, Ini 5 Faktanya

Kompas.com - 02/05/2019, 19:38 WIB
Mela Arnani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kisah Karim Maullah, bocah laki-laki berumur 10 tahun yang berangkat ke sekolah naik KRL commuter line seorang diri mendapatkan perhatian publik.

Karim menempuh perjalanan puluhan kilometer dari Kemayoran, Jakarta Pusat menuju Depok, Jawa Barat tak ditemani siapa pun. Tak hanya itu, bocah kelas 3 SD ini mengenakan sandal karena tak punya sepatu.

Karim hanya tinggal bersama sang kakek dan neneknya. Sang nenek, Diana (61), saat ini tengah sakit pengapuran tulang.

Berikut lima fakta tentang perjalanan Karim:

1. Gizi buruk

Karim tinggal di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat bersama kakek dan neneknya. Sebelum tinggal di Kemayoran, keluarga ini tinggal di daerah Situ Lio, Depok hingga 2016 lalu.

Pada 2018, Ibu Karim meninggal dunia karena sakit paru-paru. Sementara, ayahnya tinggal di Manggarai, Jakarta Selatan.

Diana bercerita, waktu kecil Karim sempat menderita gizi buruk, sehingga membuat bocah laki-laki tersebut keluar masuk rumah sakit.

"Dulu Karim ini bayi gizi buruk, badannya kurus banget. Sejak kecil enggak diperhatikan orangtuanya, makanya langsung saya ambil dan urus dia sejak bayi," kata Diana.

Baca juga: Kisah Karim Pergi Sekolah, Bangun Pukul 03.00 dan Sendirian Naik KRL dari Kemayoran ke Depok

2. Berangkat sendiri

Karim (10), murid sekolah Master di Sekolah Master Indonesia, Jalan Arif Rahman Hakim, Depok, Selasa (30/4/2019).KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA Karim (10), murid sekolah Master di Sekolah Master Indonesia, Jalan Arif Rahman Hakim, Depok, Selasa (30/4/2019).
Setiap hari, Karim bangun pukul 03.00 WIB untuk bersiap-siap menuntut ilmu, karena harus tiba di sekolah sebelum pukul 06.30 WIB.

Menurut Diana, Karim menyiapkan segala keperluannya sendiri. Bahkan, sang nenek tak perlu membangunkan cucunya tersebut, karena Karim sudah bangun dengan sendirinya.

Waktu subuh, bocah laki-laki yang gemar sepak bola ini diantar kakeknya yang berprofesi sebagai tukang ojek menuju Stasiun Kemayoran. Lalu, Karim membeli tiketnya sendiri dan jalan sendiri sampai ke sekolahnya.

Menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam, setibanya di Stasiun Depok Baru, bocah laki-laki itu berjalan sejauh 550 meter menuju sekolahnya.

Sebelum Diana menderita sakit, Karim diantar dan dijemput olehnya. Namun, kondisinya dulu yang mengharuskan dirawat di rumah sakit, tak memungkinkan untuk mengantar dan jemput cucunya tersebut ke sekolah.

Dari kejadian inilah, Karim mulai berangkat sendiri menuju sekolahnya di Sekolah Master, dekat dengan Terminal Depok.

Meskipun perasaan khawatir menghantui, lanjut Diana, semangat Karim bersekolah membuatnya merasa tenang.

"Karim bilang ke saya, "Sudah tidak apa-apa, Nek, aku berangkat sendiri, aku berani kok. Nenek sembuh aja ya dulu," ujar Diana terharu.

3. Nenek kumpulkan botol bekas

Diana, nenek Karim dan Karim di Jalan Arif Rahman Hakim, Selasa (30/4/2019).KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA Diana, nenek Karim dan Karim di Jalan Arif Rahman Hakim, Selasa (30/4/2019).
Diana menyempatkan diri menjemput cucunya jika kondisi kakinya baik. Walaupun menggunakan tongkat untuk berjalan, dengan senyum dan kesabarannya nenek ini tak membiarkan cucunya pulang sendirian.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Diana mengumpulkan botol-botol bekas lalu menjualnya.

Sepulang sekolah, Karim pun turut membantu sang nenek memunguti botol-botol bekas itu.

"Ditambah saya kan lagi sakit, dia yang jalan kadang pulang sekolah ngangkutin botol-botol bekas. Dia tuh tahu banget kalau neneknya lagi sakit, kakinya dipijetin," ujar Diana.

4. Bercita-cita menjadi TNI

Karim mempunyai cita-cita bisa mengabdi di Tanah Air tercinta ini sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.

Impiannya ini muncul karena bocah kelas 3 SD tersebut gemar menonton film perang. Ia berkeinginan melindungi negara dan berguna untuk banyak orang.

"Dia itu suka film perang terus dia selalu bilang ke saya, 'Nek, aku nanti mau jadi TNI supaya bisa lindungi Indonesia dan orang banyak'," kata Diana.

Cita-cita tersebut membuat Karim selalu bersemangat menuju ke sekolah. Perasaan takut harus menempuh perjalanan jauh seorang diri juga tak Karim rasakan.

Walau berangkat pagi buta, Karim juga mengaku tak pernah merasakan kantuk saat di sekolah.

"Kalau jadi tentara tidak boleh malas, kak, makanya aku suka belajar di sekolah dan belajar di rumah," kata Karim.

Harapan Karim menjadi seorang tentara salah satunya agar bisa mengubah nasib keluarganya, termasuk membantu neneknya yang sedang sakit pengapuran tulang.

Baca juga: Karim: Kalau Mau Jadi Tentara Enggak Boleh Malas, Makanya Aku Sekolah

5. Rumah baru

Diana, nenek Karim dan Karim di Jalan Arif Rahman Hakim, Selasa (30/4/2019).KOMPAS. COM/CYNTHIA LOVA Diana, nenek Karim dan Karim di Jalan Arif Rahman Hakim, Selasa (30/4/2019).
Viralnya cerita Karim, membuatnya mendapatkan bantuan rumah kontrakan di bilangan Depok, Jawa Barat. Hal ini membuat Karim tak harus jauh lagi menempuh perjalanan ke sekolah setiap harinya.

Rumah tersebut tak jauh dari Stasiun Depok Baru dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit berjalan kaki untuk sampai ke Sekolah Master.

Selain rumah kontrakan, keluarga Karim mendapatkan bantuan warung untuk sang nenek berjualan.

"Terima kasih Komunitas Indonesia Memberi yang sudah bantu nenek dan Karim, jadi nenek bisa jualan kopi. Semua sudah disiapin, etalase, dagangan semua sudah. Saya cuma bawa baju saja ke sini," tutur Diana.

Baca juga: Karim Bocah SD Kini Tak Perlu Bangun Pukul 03.00 untuk ke Sekolah...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com