Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bedanya Ahok dan Anies Tangani Banjir Menurut Anggota Komisi A DPRD

Kompas.com - 02/05/2019, 21:15 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta William Yani berpendapat, ada perbedaan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan pendahulunya, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok, dalam menangani banjir Jakarta. Ahok dinilai lebih sigap dalam mengatasi banjir.

"Kalau kita ingat zaman Pak Jokowi, Pak Ahok, Pak Djarot saya ingat betullah kira-kira bulan November, Desember itu sudah banyak backhoe di jalan, di kali, sudah banyak tumpukan tanah di pinggir kali karena dikeruk. Jadi ada persiapan yang terlihat sebelum masa musim hujan," kata Yani, Kamis (2/5/2019).

Di era Anies, Yani menilai penanganan dilakukan terlambat. Selain alat yang terlambat disiagakan, petugas untuk mengantisipasi genangan juga dinilai tak sebanyak dulu.

Baca juga: BPBD DKI: Minggu Pagi, Masih Tersisa 3 Titik Banjir di Jakarta

"Ketika terjadi genangan hujan atau banjir, kita lihat tuh biasanya ada orang pakai baju oranye. Puluhan orang bersihkan. Sekarang coba, terlihat gak? Ada tapi gak signifikan. Dulu pas zaman Ahok ada genangan air sedikit aja ada puluhan orang. Kita lihat semua PPSU bekerja siang dan malam itu," kata Yani.

Yani mempertanyakan mengapa di era Anies kerja pasukan oranye tak terasa sebaik dulu. Begitu pula di tataran satuan kerja perangkat daerah (SKPD), koordinasi dinilai kurang.

"Kalau sekarang ini autopilot, berjalan begitu aja tanpa ada perintah yang jelas. Sekarang koordinasi antar-SKPD antarinstansi jalan nggak? Kan enggak. Saya ingat betul kalau dulu banjir, ada tuh orang Dinsos, BPBD, yang sudah datang untuk meninjau perlu nggak dipasang tenda," ujar Yani.

Wakil Ketua Komisi A lainnya, Syarif, mengakui kinerja Ahok dalam menangani banjir.

"Kita harus pahami secara proporsional saja. Pak Ahok kerjanya bagus dalam penanganan saat dia menjabat," kata Syarif.

Baca juga: Anies Punya 3 Strategi Tanggulangi Banjir Jakarta, Apa Saja?

Menurut Syarif, ada strategi banjir Ahok yang layak dilanjutkan Anies. Salah satunya soal pompa untuk mengantisipasi genangan.

"Pompa juga dilanjutkan dan sudah ada kok di beberapa titik. Konsep naturalisasi juga mungkin masih jadi rencana Pak Anies, sedang tekuni itu," kata Syarif.

Di sisi lain, Syarif meminta Anies segera mengeksekusi terobosannya. Di antaranya drainase vertikal dan naturalisasi sungai.

"Saya, DPRD, juga mendorong konsep naturalisasi. Pak Anies, segeralah percontohannya di mana. Tapi sekalipun sudah baik, mestinya gubernur dan mantan gubernur duduk bareng," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com