Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru SMA 8 Layani 320 Pendaftar PPDB dalam Satu Hari

Kompas.com - 26/06/2019, 14:56 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang SMP, SMA, dan SMK di wilayah DKI Jakarta akan berakhir pada Rabu (26/6/2019) sore nanti.

Sejak Senin lalu, sejumlah sekolah negeri di Ibu Kota telah didatangi oleh para warga yang ingin menyekolahkan anak-anaknya, tam terkecuali SMAN 8 Jakarta.

Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta Agusman Anwar mengatakan, ada 320 orang yang melakukan pendaftaran di sekolah yang beralamat di kawasan Bukit Duri itu pada Senin kemarin.

Baca juga: Masih Ada Kesempatan, Hari Ini Terakhir PPDB SMA DKI Jakarta

Guna melayani para pendaftar, semua guru dan karyawan SMAN 8 pun dikerahkan. Berbagai skenario juga disiapkan demi kelancaran proses pendaftaran.

"Kemarin kami siapkan lima loket, seluruh guru dan karyawan juga turun semua. SMAN 8 itu dalam setengah jam bisa melayani 50 orang. Jadi jam 8 dibuka, jam setengah 12 itu sudah melayani 400 orang," kata Agusman kepada Kompas.com.

Menurut Agusman, pihaknya tidak melakukan persiapan khusus menjelang PPDB tahun ini. Sebab, PPDB merupakan ajang yang digelar setiap tahunnya.

Kendati tak punya masalah berarti dalam hal antrean, Agusman mengakui bahwa para petugas masih sering diuji kesabarannya oleh para pendaftar.

Sebab, masih ada pendaftar dari luar DKI yang ngotot mendaftat pada masa zonasi. Padahal, tidak ada kuota yang disediakan bagi calon murid dari luar DKI selama masa zonasi.

Ia mencontohkan, ada seorang warga luar DKI yang datang ke SMAN 8 untuk mendaftar pada Selasa kemarin. Ia ngotot mendaftar saat itu karena mendapat informasi dari salah seorang tetangganya.

"Kita input kan kelihatan, 'Eggak ada jadwal'. Kita panggil supaya dia melihat, 'Iya pak, maaf,' kata dia," ujar Agusman bercerita.

Baca juga: Peserta PPDB di Sumbar yang Tidak Lulus Bisa Mendaftar hingga 3 Kali

Agusman menyampaikan, cerita serupa juga terjadi pada warga yang Kartu Keluarga miliknya bermasalah, tetapi ngotot mengantre tanpa memperbaiki masalah KK-nya terlebih dahulu.

Agusman mengatakan, pihaknya memilih tetap melayani para calon pendaftar untuk menghargai usaha mereka yang sudah menyempatkan waktu untuk mengurus PPDB.

"Kita kan melayani masyarakat, pokoknya kita layani deh. Kita hargai sudah jauh-jauh datang ditolak mentah-mentah, biarkan saja dia ikut mengantre, ikut merasakan," ujar Agusman.

Menurut Agusman, hal itu terjadi karena masih rendahnya literasi warga. Ia mengatakan, sosialisasi sudah digencarkan tetapi ada warga yang enggan membaca pengumuman itu.

"Kita sudah pasang papan pengumuman di depan tapi kayaknya pada enggak baca. Mereka lebih suka dijelasin daripada baca, enggak apa-apa sih, yang penting kita melayani," kata Agusman.

PPDB 2019 jalur zonasi dengan sistem daring (online) untuk jenjang SMA di Provinsi DKI Jakarta dimulai Senin kemarin pukul 08.00 WIB sampai Rabu besok pukul 14.00 WIB.

Baca juga: Ketua DPR Minta Pemerintah Konsisten Terapkan Sistem Zonasi PPDB

PPDB sistem zonasi ini mensyaratkan jarak domisili calon siswa ke sekolah yang akan dipilih dan mempertimbangkan nilai UN jenjang SMP calon siswa agar bisa diterima di sekolah yang dituju.

Sistem komputer akan membuat urutan pemeringkatan siswa secara otomatis sesuai besaran nilai UN dan berdasarkan daya tampung sekolah masing-masing.

Diterima atau tidaknya seorang anak di suatu sekolah ditentukan sesuai zonasi tempat tinggalnya dan jumlah nilai UN diperoleh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com